Langsung ke konten utama

[Cerpen] A Day Without You






Kusilangkan kaki dan kubersandar pada sofa biru sebuah mini cafe yang menjual ice cream. Kusendok kecil-kecil ice cream dan menikmati sensasi dinginnya menyentuh dinding-dinding langit mulutku. Pandanganku beralih pada pasangan mesra yang sedang memilih gaun di sebuah butik ternama.

Aku tersenyum kecut. Potongan ingatan-ingatan indah itu kembali lagi.

“Gimana kalau yang ini?” Dirimu menunjuk pada gaun hitam sebatas lutut.

“Kenapa hitam?” Aku bertanya dengan bibir kecut. Hampir seluruh koleksi baju dan gaunku berwarna hitam, kalau tidak hitam pasti agak gelap.


“Kamu terlihat cantik dengan warna hitam.” Ia berkata sambil mengusap pipiku dengan lembut.

Aku yakin pipiku merona memerah. Dan tanpa berdebat, aku memilih gaun hitam itu.

Kusendok sekali lagi ice creamku. Menjilati sendok sambil memandang lurus ke arah pasangan tersebut.

Wanita itu terlihat terengah-engah ketika sang pria berjalan begitu cepat hingga wanita itu ketinggalan. Sang wanita menarik ujung kemeja miliknya dan laki-laki itu tersenyum. Wanita merajuk dan memukul pelan kekasihnya. Sang kekasih tertawa tergelak dan mengandeng lengan wanita itu.

Lagi-lagi, aku tersenyum kecut.

“Ryan!” Pekikku, saat mengejar lelaki jangkung itu. Sepatu high heels-ku telah membuat langkah kakiku terasa berat.

“Eh ketinggalan rupanya,” Dia tertawa tanpa rasa bersalah

“Kamu cepat banget jalannya.” Aku kehabisan nafas, padahal aku hanya berlari kecil dengan jarak dekat. Tak sampai semeter pun, aku rasa.

“Kamu yang kelamaan.” Ia menyentil dahiku pelan, “Lagian buat apa kamu pakai sepatu itu kalau tidak nyaman?” Dia memandang kakiku yang kelihatan bengkak dan lecet.

“Habisnya, kalau tidak pakai ini aku bakal kelihatan pendek pendek banget dekat-dekat kamu.”

Dia tersenyum. Lalu menarikku ke sebuah toko sandal dan mendudukan di sofa rendah.
“Duduk diam disini!” Perintahnya. Aku hanya terdiam memandangi dirinya mengelilingi toko sepatu.

Saat ia kembali, ia memegang sebuah flat shoes.

“Pakai ini, dan simpan sepatumu itu.”

“Tapi” Aku protes,

Sebelum aku sempat melanjutkan kalimatku, ia sudah melepas sepatuku dan memijatnya sebentar. Mengeluarkan plester luka dari dalam dompetnya dan menempel di luka kakiku. Setelah itu, ia memakaikan flat shoes yang ia pegang.

“Mulai sekarang, aku tidak mau melihatmu memakai sepatu yang tidak nyaman itu. Apalagi kalau sedang bersamaku.”

Aku mengangguk. Perasaan hangat menjalar ke hatiku dan perihnya lecet kakiku juga menghilang. Ia menggandeng tanganku dan beranjak keluar dari toko.

Dan sejak itu tidak pernah kusentuh lagi high heels.

Kupandangi kakiku yang kusilangkan. Memandangi flat shoes yang dulu pernah dia belikan. Entah kenapa memakai flat shoes menjadi kebiasaan bagiku.

Aku tersenyum. Bukan senyum kecut tapi senyum bahagia.

Kegiatan pasangan kekasih itu menarik perhatianku lagi. Kali ini mereka sedang berjalan lambat-lambat. Aku tidak tahu apa yang akan mereka lakukan, karena semua toko yang ada disana di lewati begitu saja.

Ah!

Ternyata mereka memutuskan untuk duduk istirahat dan mereka sepertinya tertarik melihatku yang memakan ice cream dengan santai.

Langkah kaki mereka makin dekat, dan wajah mereka makin terlihat jelas di mataku. Kuambil kacamata di sebelah novel yang sedang aku baca dan memakainya kembali.

Hatiku mencelos.

Ternyata dia adalah Ryan, mantan kekasihku dulu. Sekarang ia bersama orang lain. Mengandengnya mesra. Aku membuang wajahku ke arah lain, tapi terlambat. Ia telanjur melihatku dan mengalihkan pandangannya dariku.

Tiba-tiba saja ice cream di hadapanku tidak menarik lagi. aku membereskan buku dan kumasukan dalam tas. Kukeluarkan buntelan dari tasku.

Aku melepas flat shoes dan kukenakan high heels dari buntelan tersebut. Setelah memastikan high heels itu cantik di kakiku, dengan badan tegak dan dagu terangkat aku melangkah anggun di depan mejanya.

Aku tahu ia terpana melihatku.

Aku bukan gadis yang dulu menangis darah demi cintanya. Kini aku berubah menjadi gadis yang lebih dewasa dan cantik. Membuktikan kepada dirinya dan dunia, bahwa aku bisa menjalani hari tanpanya.

Walau rindu sering menyelinap di antaranya. Tapi kugunakan rindu itu sebagai pengingat bahwa ia tidak pantas untukku.

***

END


Komentar

  1. Yes girl..i like what u did😉 no tears for that guy..mubazir

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe ini icha ya

      Makasih cha udah mampir dan nyempetin komen.

      Hapus

Posting Komentar

Tinggalkan kesanmu ketika berkunjung

Postingan populer dari blog ini

[SINOPSIS] Spring In London - Ilana Tan

Judul : Spring In London Pengarang : Ilana Tan Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Jumlah Halaman : 238 halaman  Cetakan : kesepuluh Agustus 2011 Naomi menelan ludah dengan susah payah. Air mata mulai membayang dimatanya.  “Sekarang kau tidak akan bisa lagi memandang ku tanpa memikirkan apa yang pernah terjadi antara aku dan kakakmu.” “Tidak ... itu tidak benar.” “Dan aku tidak bisa memandangmu tanpa teringat pada kakakmu dan apa yang pernah dilakukannya padaku.” Kata-kata yang diucapkan dengan tajam dan jelas itu menghujam jantung Danny. Dadanya terasa sakit dan sekujur tubuhnya lumpuh. Ia menantap Naomi tanpa berkedip, tanpa bernapas. Ia membuka mulut, namun tidak ada suara yang keluar. Naomi Ishida adalah gadis keturunan Indonesia – Jepang, dan dia merupakan saudara kembar Keiko Ishida (baca Winter in Tokyo). Berbeda dengan Keiko, Naomi memilih karir sebagai seorang model dan menetap di London. Karirnya sebagai model sangat sukses sehingga setiap pemotret

[SINOPSIS] Detektif Conan 70

Dapat juga komik kesukaanku ini di toko buku, padahal jatah terbitnya itu tanggal 30 november kemarin, tapi di toko buku Banda Aceh baru adanya sekarang. Tapi peduli amat lah, amat aja gk begitu peduli, nah Lho ...!!?? Tapi whatever lah, yang pasti komik ini udah ada ditangan, jadi kenapa harus pusing (^0^). Dan seperti biasa aku juga mau ngeringkas sedikit isi komik  Detektif Conan 70, check it out >>>

Book Review: Damn! It's You - Pelangi Tri Saki

Semua Orang Punya Masalah, Tapi Tidak Semua Orang Mampu Menyelesaikannya Judul Buku: Damn! It’s You! Penulis: Pelangi Tri Saki Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama Cetakan ke-1: Januari 2017 Tebal: 232 halaman ISBN: 978-602-03-3661-9 Tidak dipungkiri, banyak sekali penulis-penulis muda yang terlahir dari akun kepenulisan, wattpad. Salah satunya adalah karya pertama Pelangi Tri Saki diterbitkan Gramedia dengan judul Damn! It’s You yang merupakan seri kedua ‘You’. Tulisan yang khas remaja dan banyak menyelipkan percakapan lucu khas anak-anak SMA membuat karyanya banyak dikenal. Setelah sukses dengan seri pertama Hey! You! Diharapkan novel kedua ini akan mengikuti jejak terdahulunya. Dengan mengambil kehidupan SMA, Saki mengajak pembaca untuk mengenal pasangan lucu yang kelakukannya berhasil mengocok perut pembaca. Nigi, seorang cewek yang terkesan tomboy dan cerewet tidak sengaja bertemu dengan Saba, cowok dengan muka datar tanpa ekspresi sama sekali. Diperpa