Langsung ke konten utama

[Cerpen] Sahabat yang Patah Hati





Dara mengamati ponsel di tangannya. Berkali-kali gadis mungil itu menimbang-nimbang ponsel bewarna putih gading itu, berkali-kali juga denting yang menandakan ada pesan masuk itu ingin diabaikan.

Tapi tidak bisa.

Walaupun ia mencoba mengabaikan denting halus ponselnya, tapi ia tidak bisa. Terlebih lagi karena ia tahu siapa yang mengiriminya pesan bertubu-tubi itu.

Dengan nafas tertahan dan mengucapkan mantera penenang diri, ia membuka pesan itu.

Dar, gue butuh lo! Pesan itu berbunyi. Ada rasa dingin yang merayap ke hati Dara membaca pesan itu. Padahal siang itu lumayan terik.

Ada apa Jo? Sent

Lo harus nemenin gue ke mall. Ada kaos yang pengen gue pake buat karnaval band ntar malam.

Dara ingin bertanya kenapa ia tidak mengajak Saras, pacarnya. Tapi pertanyaan itu ia urungkan.

Oke. Jemput gue kalau gitu. Akhirnya itu yang berani Dara ketik. Ia terlalu naif untuk bisa menyangkal perasaan ini untuk Jona. Dan bodohnya, Jona mengetahui perasaan itu dan memanfaatkan perasaan Dara untuk kepentingannya.

Kejam?

Tidak. Dara menyukainya. Walaupun Jona tidak pernah tahu betapa sakit hatinya ketika kebersamaan mereka berakhir dan digantikan oleh Saras. Atau lebih parahnya, Jona tahu perasaan sakit Dara, tapi ia tidak mau tahu.

Siap. 15 menit lagi gue nyampe ke rumah lo.

Dara tersenyum.

Akhirnya gue harus terjebak lagi dengan perasaan ini, pikir Dara. Ia langsung ke kamar mandi dan mempersiapkan diri untuk pergi bersama Jona. Sahabat terbaik sepanjang hidupnya.

***

Sesuai janji, Jona sampai tepat waktu.

“Yuk naik.” Jona memakaikan helm ke kepala Dara.

“Gue bisa pake sendiri, Jo.”

“Udah diam ah. Gue mau yang pakaikan buat lo.”

Dara membiarkan tangan Jona menyentuh rambutnya. Membiarkan tangannya bersentuhan tidak sengaja dengan dagunya. Membiarkan wajah mereka begitu dekat, hingga Dara bisa mencium aroma mint dari bibir Jona yang tipis.

Jona memacu motornya di jalanan beraspal. Ia handal naik motor, gesit menghindari kendaraan lain yang sedang berpacu.

“Pegang pinggang gue!” Teriak Jona supaya suaranya terdengar oleh Dara. Gadis itu menurut. Sebenarnya tanpa Jona suruh pun ia akan melingkarkan lengan kecilnya ke pinggang itu. Menempelkan perasaannya ke punggung Jona supaya laki-laki itu tahu bahwa jantungnya berdetak untuk dirinya.

Tidak lama kemudian Jona sudah memarkir motornya. Ia juga melepas helm di kepala Dara dan mengandeng gadis itu. Menyelipkan jemari hangat Jona di antara jemarinya sungguh membuat Dara lupa bahwa mereka adalah sahabat.

Bila seperti ini terus, bagaimana Dara sanggup menghindar dari Jona. Untuk mengatakan “tidak” saja, Dara tidak akan mampu.

Jona melangkahkah kakinya ke distro yang pertama kali mereka lihat di lantai satu. Awalnya Jona memakai kemeja, tapi Dara mentertawakannya karena terlalu tua. Lalu Jona mencoba kaos berkerah, Dara lagi-lagi menggeleng. Mengatakan ia mirip dengan anak kuliah daripada anak band.

“Ah gue rasa ini ide jelek. Gak ada yang cocok baju yang gue pake.”

“Coba ini.” Dara menyerahkan kaos lengan panjang dengan gambar headset besar di sekeliling lehernya.

Jona menurut. Beberapa menit kemudia ia keluar dengan tidak percaya diri.

“Gimana? Pasti jelek.”

“Lo cakep kali pake yang ini. Nah biar gak ganggu lo pas sedang main gitar, lo tarik lengan baju lo.” Dara menarik lengan baju itu hingga ke sikunya. “Perfect!” Dara tersenyum cerah.

Jona memperhatikan pantulan dirinya di cermin besar. Ia tersenyum puas.

“Lo memang paling ngerti gue.”

Jona akhirnya membeli kaos tersebut.

“Kita pulang sekarang aja ya. Gue ada gladi buat pertunjukan ntar malam.”

“Gak masalah.”

Hal yang sama terulang ketika Dara naik ke motor Jona. Ia memakaikan helm dan hembusan nafas Jona di wajahnya bagaikan oksigen yang akan ia hirup dalam-dalam.

By the way, lo datang ya ntar malam.”

Dara mengangguk. Tidak mungkin ia tidak datang di malam yang special bagi Jona.

***

Seperti biasa pertunjukan berjalan lancar. Dan Jona berserta kawan-kawan tampil memukau. Dara sudah melambaikan tanganya pada Jona ketika laki-laki itu di atas panggung. Memberi tanda bahwa ia hadir sesuai janjinya.

Jona turun dari panggung. Menghilang sejenak bersama teman-temannya dan muncul dari tenda tempat berkumpulnya para musisi yang diundang.

Jona tersenyum ke arahnya, Dara pun begitu. Ia hendak memeluk Jona atas penampilannya ketika Jona melewatinya dan memeluk gadis yang rupanya berdiri di belakang Dara.

Saras.

Mengapa Dara lupa tentang gadis itu. Seharusnya ia tahu bahwa Saras pasti hadir malam ini. Dara hendak pergi. Meninggalkan sepasang kekasih yang sedang berpelukan itu. Tapi sebelah tangan Jona yang bebas menarik tangan Dara, menahan kepergian sahabatnya yang patah hati.

Bolehkah seorang sahabat patah hati?

Dara tertawa miris. Tapi tawa itu tidak bisa menyembunyikan air matanya. 


END

Komentar

  1. Hari gini cewek seperti dara masih ada ga ya? miris banget.

    BalasHapus
    Balasan
    1. *uhuk* aku rasa pasti ada. Karena cerita ini inspirasinya dari orang terdekat hihi ...

      Terima kasih sudah berkunjung ^^

      Hapus

Posting Komentar

Tinggalkan kesanmu ketika berkunjung

Postingan populer dari blog ini

[SINOPSIS] Spring In London - Ilana Tan

Judul : Spring In London Pengarang : Ilana Tan Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Jumlah Halaman : 238 halaman  Cetakan : kesepuluh Agustus 2011 Naomi menelan ludah dengan susah payah. Air mata mulai membayang dimatanya.  “Sekarang kau tidak akan bisa lagi memandang ku tanpa memikirkan apa yang pernah terjadi antara aku dan kakakmu.” “Tidak ... itu tidak benar.” “Dan aku tidak bisa memandangmu tanpa teringat pada kakakmu dan apa yang pernah dilakukannya padaku.” Kata-kata yang diucapkan dengan tajam dan jelas itu menghujam jantung Danny. Dadanya terasa sakit dan sekujur tubuhnya lumpuh. Ia menantap Naomi tanpa berkedip, tanpa bernapas. Ia membuka mulut, namun tidak ada suara yang keluar. Naomi Ishida adalah gadis keturunan Indonesia – Jepang, dan dia merupakan saudara kembar Keiko Ishida (baca Winter in Tokyo). Berbeda dengan Keiko, Naomi memilih karir sebagai seorang model dan menetap di London. Karirnya sebagai model sangat sukses sehingga setiap pemotret

[SINOPSIS] Detektif Conan 70

Dapat juga komik kesukaanku ini di toko buku, padahal jatah terbitnya itu tanggal 30 november kemarin, tapi di toko buku Banda Aceh baru adanya sekarang. Tapi peduli amat lah, amat aja gk begitu peduli, nah Lho ...!!?? Tapi whatever lah, yang pasti komik ini udah ada ditangan, jadi kenapa harus pusing (^0^). Dan seperti biasa aku juga mau ngeringkas sedikit isi komik  Detektif Conan 70, check it out >>>

Book Review: Damn! It's You - Pelangi Tri Saki

Semua Orang Punya Masalah, Tapi Tidak Semua Orang Mampu Menyelesaikannya Judul Buku: Damn! It’s You! Penulis: Pelangi Tri Saki Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama Cetakan ke-1: Januari 2017 Tebal: 232 halaman ISBN: 978-602-03-3661-9 Tidak dipungkiri, banyak sekali penulis-penulis muda yang terlahir dari akun kepenulisan, wattpad. Salah satunya adalah karya pertama Pelangi Tri Saki diterbitkan Gramedia dengan judul Damn! It’s You yang merupakan seri kedua ‘You’. Tulisan yang khas remaja dan banyak menyelipkan percakapan lucu khas anak-anak SMA membuat karyanya banyak dikenal. Setelah sukses dengan seri pertama Hey! You! Diharapkan novel kedua ini akan mengikuti jejak terdahulunya. Dengan mengambil kehidupan SMA, Saki mengajak pembaca untuk mengenal pasangan lucu yang kelakukannya berhasil mengocok perut pembaca. Nigi, seorang cewek yang terkesan tomboy dan cerewet tidak sengaja bertemu dengan Saba, cowok dengan muka datar tanpa ekspresi sama sekali. Diperpa