Aku terkurung di
kegelapan ini, menanti seberkas sinar yang dapat menuntunku. Aku meraba-raba di
keheningan ini, naluri ku berkata aku harus mencari sinar itu, agar aku tidak
terus tersesat disini.
Hamparan
kegelapan menyergapku, diseretnya aku dengan paksa hingga masuk kedalam
pelukannya yang dingin. Langkah kaki ku tertahan di atas kegelapan, di sisi
kiri, sisi kanan, di atas dan di bawah kaki ku aku merasakan mereka dimana-mana.
Aku telah dibungkam oleh kegelapan sehingga logika ku tak mampu menjawab. “Aku
dimana ...??” Aku bertanya dengan lirih dan putus asa
“Selamat datang
di kerajaanku .....” Suara kegelapan menyambutku
“Aku tidak ingin
berada disini, kembalikan aku.” Teriak ku dengan lantang
“Silahkan,
dengan senang hati aku melepaskan mu. Asalkan kau mampu melepaskan diri dari
kegelapan ini.” Ia berkata dengan dingin sehingga mampu menciutkan nyaliku.
Lalu ia tertawa “HAHAHAHAHAHAHA....” seakan ucapanku adalah lelucon baginya
“Baik, aku akan
mencari jalanku sendiri.” Aku menjawab tantangannya ....
Aku berlari dan
dan mencari sedikit harapan yang mampu mengembalikan kehidupanku secara utuh.
Aku meraba dinginnya dinding yang tak tampak. Tempat ini begitu luas, bahkan
dalam pelarianku aku tidak menabrak apapun. Aku mulai takut, aku berjalan, aku
meraba dan aku berlari namun tak ada tanda-tanda aku menemukan jalan keluar. Aku
bagaikan berjalan dan berlari di atas awan, kaki ku tidak menapak dan udara
begitu sesak disini. Aku putus asa dan jatuh berlutut
“Hiks Hiks ....”
Aku terisak dalam sepiku. Aku sendiri disini, menyelam di seorang diri di
kegelapan ini berusaha menemukan pengganti rasa sepi dan dingin ini. “Aku ingin
kembali kedalam hangatnya kehidupanku....” Aku menangis hingga dadaku sesak
menampung rasa takut ini. Ntah kemana lagi aku harus mencari dan berlari.
Kegelapan dan
dinginnya udara adalah cara yang sempurna membuatku makin putus asa. Ya aku
putus asa, aku mengangkat naluri bertahan hidupku dan membuangnya di kedalaman
yang tidak bisa aku temukan. Aku menyerah dan makin jatuh di lembah kegelapan
yang lebih dalam. Tawa kegelapan menggema diseluruh sudut otakku ketika
menyambut kejatuhan dan keputus asaan ku, “kegelapan” menuntunku menuju
kegelapan yang lebih abadi, lebih jauh dan tidak harapan lagi buatku untuk
kembali. Tidak ada tempatku buat berteriak ......
“Selamat tinggal
dunia” Ucapku dengan lirih
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan kesanmu ketika berkunjung