Malam tahun baru menyisakan suka dan duka hatiku. Suka
ketika aku kau kecup dan duka ketika kau campakkan. Tidakah kau merasa perih
hati oleh tajamnya butir hujan menerpa
langsung dihatiku. Ingatkah kau akan kata cinta di kala senja itu...? Sungguh indah
bagaikan matahari yang tenggelam di ujung sana. Awal tahun itu kita memulai
kisah baru, berharap kisah ini terjalin hingga akhir abad. Namun janji di bibir
hanyalah semu, kedatangan wanita itu di hidupmu mengubah semua kisah manis
menjadi racun. Racun yang siap menggerogoti seluruh tubuhku, sampai tidak
tersisa setetes darah untuk ku tumpahkan.
Aku terbangun dari tidurku dan mendapati diriku tidur
dipangkuanmu, mataku terbuka lebar mendapati dirimu tersenyum sambil mengelus
kepalaku.
“Ada apa sayang, apakah kau bermimpi buruk?” Ucapmu penuh
kasih.
Butuh waktu beberapa detik untuk menjawab pertanyaan
sederhana itu. Aku tidak ingin menumpahkan mimpiku dihadapannya. Aku bangun
dari pangkuannya dan mengambil sikap duduk dihadapannya. Lalu aku melingkarkan
tanganku di lehernya dan membisikan dengan halus “Tidak sayang, aku hanya sedikit
kepanasan. Udara disini tiba-tiba membuatku sesak.” Aku berbohong.
“Bagaimana kalau kita membatalkan piknik ini?” Tanyanya
sambil mengelus kepalaku yang bersandar dibahunya.
“Jangan ...” ucapku dengan cepat sambil melepas pelukanku. “Kita
sudah merencanakan piknik ini begitu lama. Baru kali ini cuaca secerah ini dan
kesempatan ini jarang kita dapatkan. Biarkan aku menikmati hari ini berdua
denganmu disini.” Ucapku
“Baiklah, aku juga ingin bersantai disini menikmati udara
dari pepohonan dan kicauan burung di atas sana.” Ia mulai merebahkan diri di
atas alas yang kami gelar tepat dibawah pohon besar dan rindang.
Melihat ia tertidur dengan wajah polosnya membuat aku ingin
mengecup bibirnya. Dengan pelan aku mendekatkan bibirku dengan bibirnya dan ku
kucup dalam diam. Ia membuka matanya dan tersenyum padaku lalu menarik wajahku
lebih dekat kehadapannya dan mulai membalas kecupan ku. Lebih dalam dan sangat
dalam dan akhirnya aku tertidur di pelukannya.
“Ah, piknik yang menyenangkan. Semoga ini akan berlangsung
selamanya. “ Pintaku dalam hati
“Syukurlah pengkhianatan itu hanya dalam mimpi, aku tidak
tahu apa yang terjadi apabila ia sampai meninggalkanku.” Pikiranku terus
melayang seiring dalamnya dekapannya di tubuhku, dan aku kembali kedunia mimpi
untuk mencari keindahan cintanya dihatiku.
***
“Sayang, apa kau sudah tidur?” Tanyaku pelan. Untuk
memastikan ia sudah tidur, aku melambaikan tanganku dihadapan wajahnya dan
tidak ada reaksi apapun diwajahnya. “Bagus, gadis ini sudah tidur.” Pikirku.
Aku melepaskan dekapanku dengan pelan-pelan dan perlahan. Aku
tidak ingin membangunkannya, bukannya karena tidak ingin menggangu istirahatnya
tapi aku tidak ingin ia tahu apa yang akan aku lakukan. Aku sudah bosan terus
bersama dirinya, dia sebenarnya gadis yang baik. Namun ia sungguh membosankan,
selama 3 tahun aku menjadi kekasihnya hanya pelukan dan ciuman yang ia berikan.
Aku ingin lebih, aku ingin memuaskan nafsuku.
Aku berjalan menjauhi dirinya dan menemui wanitaku disana.
Wanita yang mampu memberikan apapun yang kuminta, ia memang tidak kaya namun ia
memiliki nafsu yang sama besarnya dengan diriku. Sehingga aku akan terpuaskan
jiwa dan raga bila bersamanya. Aku
berjalan menjauhi lokasi piknikku dan mendekati wanita yang telah menungguku di
rumah mungil di seberang sana. Dan disanalah aku memulai cintaku sebenarnya, cinta
antara laki-laki dan wanita.
***
Aku terbangun dan mendapati
kekasihku tertidur dengan pulas disisiku, aku ingin membangunkannya karena ini
sudah saatnya untuk kembali kerumah. Aku tidak ingin membuat orangtuaku cemas
karena kepergianku yang tertalu lama. Seakan mendengar pikiranku, ia terbangun
dan langsung memandangku dengan tatapan hangatnya. “Aneh, kenapa ia begitu
segar. Tidak tampak seperti orang yang baru terbangun dari tidur pulas.”
Pikirku
“sudah sore, kita harus kembali
kerumah mu sebelum malam hari atau ayahmu akan menggantungku.” Ucapnya sambil
tersenyum
“Aku akan berkemas, membersihkan
sisa makanan dan sampah yang telah kita buang disini. Bagaimana kalau kau
membantuku juga.” Pintaku
“Tentu saja, apapun demi dirimu
aku rela.” Ia mulai menggombal seperti biasa dan hal tersebut selalu bisa
membuatku tersenyum.
Setelah aku membersihkan tempat
tersebut, ia membantuku membawa barang-barang ke dalam mobil dan kami
meninggalkan tempat itu. Sambil membawa kenangan antara ia dan aku, kenangan
manis dan indah, bersamanya dibawah pohon dan merasakan hangat peluknya. “Ahh
sungguh indah.” Pikirku ....
“Aku mencintaimu sayang...”
Ucapku
Ia memandangku lama dan kemudian tersenyum
sambil menjawab “Aku juga”
***
“Ah aku tepat waktu, ia masih
tertidur pulas disini.” Ucapku senang dan dengan pelan-pelan aku melangkah
disampingnya dan berpura-pura tidur. “Senang sekali aku setelah menemui wanita
itu, rasanya seperti melepas dahaga setelah menahan rasa ini sekian lama.”
Pikirku
Aku
merasakan ada gerakan
disampingku dan aku merasakan ia menatapku. Aku takut tidak dapat
mempertahankan posisi tidur ini, maka aku pura-pura terbangun dan
mendapati dirinya tengah memandang diriku. “Sial, apa ia tahu
sesuatu..?”
Pikirku. Aku tidak ingin mengambil resiko dan tanpa berpikir panjang aku
mengajaknya pulang, aku tidak ingin ia
melihat ada perubahan yang mencurigakan dalam diriku.
“sudah sore, kita harus kembali
kerumah mu sebelum malam hari atau ayahmu akan menggantungku.” Ucapku sambil
tersenyum semanis mungkin
“Aku akan berkemas, membersihkan
sisa makanan dan sampah yang telah kita buang disini. Bagaimana kalau kau
membantuku juga.” Pintanya
“Tentu saja, apapun demi dirimu
aku rela.” Jawabku dengan riang, “Tentu saja, apapun demi hartamu aku rela.”
Koreksi ku dalam hati
Aku membantu gadis itu
membersihkan sampah-sampah bekas sisa kami makan dan setelah aku memasukan
semua perlengkapan dalam mobil aku, aku langsung meluncur menuju rumahnya. Di dalam
perjalanan, aku melihat ia tersenyum sendiri sambil memandangku dan tiba-tiba
.....
“Aku mencintaimu sayang...”
Ucapnya sambil tersenyum bahagia
Aku terdiam
beberapa saat untuk mencerna kalimat yang tiba-tiba seperti itu. Aku harus
menyiapkan jawaban yang meyakinkan. “ Aku juga ....”
Dan
ia tersenyum, artinya jawabanku berhasil meyakinkannya. Aku pun
tersenyum puas bahagia dan tidak perlu khawatir kebohonganku akan
terbongkar.
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan kesanmu ketika berkunjung