Menjaga kesehatan itu
lebih baik daripada mengobati.
Ingat pepatah ini?
Yup dari aku kecil,
tepatnya saat masih SD, aku sudah diajari pepatah ini.
Tulisan kali ini bukan
tentang pepatah ataupun kenangan di masa SD. Tulisan ini aku tulis hanya untuk
sekedar berbagi cerita dan nasehat kepada sesama manusia. Aku harapkan semoga
bermanfaat dan dapat merenung apabila tulisan aku memang benar apa adanya.
Tadi malam, aku di
ajak mama untuk menjeguk tetangga kami yang sakit. Aku sudah lama tahu beliau
sakit, tapi karena mereka berobat di luar kota jadi baru kali ini kami
menjenguk ke rumahnya. Sakitnya cukup lama ya, di rumah sakit aja sampai
sebulan dan baru pulang ke rumah baru seminggu, tapi keadaan tidak menjadi
lebih baik. Meski bersyukur juga udah bisa pulang ke rumah, gimana pun juga
rumah adalah rumah ternyaman dan terbaik saat kita sakit.
Setelah
ngobrol-ngobrol dan basa basi singkat, mama langsung ke pokok permasalahan
menanyakan gimana kejadiannya kok bisa beliau terkena stroke hingga separuh
tubuhnya lumpuh total.
Ceritanya malam
sebelum malam nahas itu terjadi, Beliau rupanya nonton debus yang di adakan di
lapangan terbuka di kampung sebelah. Beliau ngakunya penasaran karena belum
pernah nonton debus sebelumnya. Dan sebagai catatan, Beliau ini adalah
penderita Tekanan Darah Tinggi.
Pas masuk ke bagian
debus yang paling mengerikan (menurut cerita suami Beliau) itu pas bagian
pemain debus menusukan beling kaca ke pahanya hingga mengeluarkan darah
disitulah Beliau langsung jatuh. Semua orang panik, mana suami Beliau tidak
ikut nonton sehingga warga situ yang nolongin, padahal (maaf) postur beliau itu
tidak kecil.
Semenjak dari situ,
Beliau sakit. Sebelah tubuhnya lumpuh tidak bisa digerakan sama sekali.
Postingan ini aku buat
untuk mengingatkan. Memang sih sakit bahkan kematian itu datangnya dari Allah,
tapi kalau bukan kita yang menjaganya sendiri lalu siapa juga. Misalkan aja
gini, aku penderita sakit jantung (misalnya ya ^^) tapi aku malah batat
makannya junk food dan minumnya
bersoda terus. Apa gak mati mendadak aku kalau kayak gitu ceritanya. Nah
seandainya udah tau aku punya penyakit jantung, makan kek yang sehat, minum
yang sehat, olahraga, minimal jalan kaki kalau Cuma pergi ke warung atau Cuma
jalan kaki kesekolah, ketempat kerja (kalau dekat) dll. Nah bila memang suatu
hari nanti aku mati karena penyakit jantung, berarti itu udah di gariskan oleh
Allah. Aku kan Cuma menjaga, agar jangan terjadi dampak buruk, misalnya masuk
UGD dan di tusuk selang sana, selang sini yang ada malah makin menyiksa kan.
Bukannya sehat malah sakit.
Sakit itu bukan diri
sendiri aja yang tersiksa. Orang-orang disekitar kita juga akan tersiksa
banget. Contoh kasusnya seperti tetangga yang aku ceritakan di atas. Karena
sakit ini, beliau udah ngehabisin biaya yang tidak sedikit. Lalu disusul
absennya suami dari kerjaan demi mengurus istrinya (mereka berdua gak punya
anak). Syukur aja kakak beliau ada disitu untuk bantuin keperluan sehari-hari.
Mungkin sebagai orang
yang sayang sama kita, gak akan masalah kalau suatu saat kita repotkan dengan
mengurus kita yang sakit dan tidak berdaya di tempat tidur. Tapi gimana dengan
kerjaan yang ditinggalkan, bukankah sakit butuh biaya, nah darimana biaya kalau
gak masuk kerja?
Aku berharap sih
tetanggaku itu cepat sembuh. Soalnya beliau orangnya baik banget. Gak pernah
ngegosip yang enggak-enggak dan juga yang bawain jambu air untuk aku pas aku
lagi ngidam rujak waktu hamil. Pokoknya baik banget lah ....
Lalu apa pelajaran yang dapat diambil?
Seharusnya tante itu
lebih bersikap bijaksana dengan penyakit yang ia idap. Jangan menonton atau
memainkan sesuatu yang bisa memicu penyakit itu muncul dan memburuk. Debus
adalah salah satu tontonan yang wajib di masukan dalam daftar TIDAK boleh di
nonton. Kayak di rooler coster, udah pasti ada peringatannya. Begitu pula
wahana rumah hantu, udah ada peringatan siapa aja yang gak boleh masuk.
Aku tambahin makanan
ya. Makan sehat itu sekarang langka banget. Bahkan makanan untuk bayi aja udah
ada yang instan, gimana lagi makanan orang dewasa, udah bertebaran dimana-mana.
Gak bisa nge-judge orang yang hobi makan makanan instan, karena itu juga
kebutuhan untuk mengejar waktu yang sempit. Contoh aja suamiku yang doyan
banget makan mie instan untuk makan siang, padahal udah sering banget di larang
tetap aja di lakuin.
Olahraga itu gak sulit
lho. Gak perlu sediakan waktu khusus buat pakai baju training dan lari keliling
komplek sampai banjir keringat. Cukup jalan kaki ke tempat yang masih bisa di
jangkau sama kaki. Misalnya aku yang sering jalan ke warung untuk beli bumbu
dapur kayak garam, kecap dll. Atau kalau yang kantoran, biasakan deh jangan
dikit-dikit OB. Pakai kaki sendiri buat ambil minuman di pantry atau bikin kopi
sendiri. Gak susah kan? Intinya bagian tubuh itu bergerak aktif, gak meloyo gak
pernah di pakai. Bisa usang lama-lama gak kepake.
Akhir kata
Cuma segitu aja dech
tulisan aku yang sok nasehatnya. Semoga ada sesuatu yang bisa di ambil dari
tulisan ini.
Kalau ada yang bisa
ditambahkan, yah silahkan. Dengan senang hati aku membaca komentarnya. Tapi
tetap yang sopan dan ramah. Meski komentarnya itu terkesan kritik pedas, tapi
tetap ada aturannya.
Gak harus orang
berpendidikan tinggi mengerti sopan satun, tapi cukup gunakan hati nurani
bagaimana bersikap dengan seharusnya. Toh orang yang pendidikan sampai setinggi
tower pun, kelakuannya kayak preman pasar.
Eh malah udah ngawur.
Pokoknya gitu aja
dech.
Sampai jumpa di
postingan selanjutnya
Bye bye ^^
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan kesanmu ketika berkunjung