Source Michelle Murray |
Ketika kamu berjanji untuk selalu bersamaku,
aku percaya. Ketika kamu berjanji untuk menjagaku, aku bahagia. Ketika kamu
berjanji untuk setia, aku menunggu. Dan saat kamu memutuskan untuk pergi, aku
tetap percaya bahwa kamu akan kembali.
Aku percaya dan kepercayaan inilah yang
membuat aku mampu melewati hari demi hari hingga tahun berganti tidak kusadari.
10 tahun berlalu.
Janji yang kamu ucapkan meluntur dari
ingatanku. Tergerus oleh sang waktu. Seandainya waktu bukanlah obat yang tepat
untuk mengobati lukaku, maka kehadiran orang lainlah yang telah memberi
kehidupan baru bagiku. Memberiku arti untuk mengabdi kepada cinta yang
mencintaiku. Memberiku kesempatan untuk tersenyum. Memberiku kesempatan untuk
melupakanmu.
Tapi benarkah aku bisa melupakanmu?
Saat kamu kembali, dan aku sudah memiliki
pujaan hati.
Saat kamu kembali, aku tidak bisa menjadi
milikmu lagi.
Saat kamu kembali, hatiku sudah terobati.
Meski begitu, bekas lukanya tidak pernah
hilang. Bekas luka itu kamu usap dengan perhatian terlarang yang seharusnya
tidak pernah kamu berikan. Kamu memaksa hadir untuk menebus luka masa lalu.
Berhenti!
Aku teriak berhenti saat hatiku hampir sembuh
dari luka ini. Ternyata aku tahu bahwa obat hatiku adalah dirimu.
Maafkan aku. Aku tidak bisa.
Aku memiliki pujaan hati yang terikat janji.
Aku memiliki seseorang yang tidak hanya
berjanji padaku, tapi berjanji pada Tuhan akan masa depan hidupku. Bertanggung
jawab penuh akan segala tindakannku. Dan melindungiku dari patah hati
berkepanjangan.
Kehadiranmu memang membangkitkan kembali
cinta yang pernah aku semai. Tapi kehadiranmu juga mengingatkan aku bahwa kamu
yang telah menghentikan aliran kehidupan cinta yang pernah aku rawat indah
untukmu seorang.
Aku ingin membenci kehadiranmu. Aku ingin
membenci senyummu. Aku ingin membenci semua kenangan tentangmu.
Sayangnya malah hanya menimbulkan rasa cinta
yang tak pantas aku ulangi lagi.
Aku memiliki kekasih hati. Kekasih yang di
pilihkan Tuhan kepadaku. Kekasih yang akan menemaniku hingga aku menutup
mataku.
Pilihanmu untuk kembali setelah menghilangnya
dirimu sungguh sangat tak berati. Hanya menyakitiku dan menyakitimu. Sebuah
pilihan yang telah kau pilih untuk kehidupanmu. Meninggalkan aku dengan sejuta
mimpi untuk menjadi pasangan hidupmu.
Lalu apa gunanya kau kembali, kalau akhirnya
cinta ini tidak pantas tumbuh kembali dan tidak bisa kusemai lagi?
***
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan kesanmu ketika berkunjung