Biaya hidup kian mahal. Hal itu membuat Abah meminjam uang kepada renternir. Abah dipaksa untuk menandatangi surat perjanjian hutang. Abah yang sangat membutuhkan uang terpaksa menyerahkan cap jempolnya di atas materai. “Bulan depan akan aku tagih cicilan hutangmu.” “Baik Tuan.” Ucap Abah. Sebulan kemudian rentenir dan anak buahnya datang dengan membawa gergaji mesin yang kecil. Membuat Abah dan keluarganya ketakutan. “Mana uangku, bapak tua?” “Maaf Tuan, panen gagal saya tidak punya uang lagi. Untuk makan pun tidak bisa.” “Kalau begitu akan aku ambil sesuatu darimu.” Abah pasrah. Dalam sekali tebas, kedua tangan Abah jatuh “Lumayan buat makan malam.” Rentenir tersenyum. END Tulisan ini diikut sertakan untuk #FFRabu dari akun twitter @MondayFF
The where my two eyes finally rest