Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2015

Bye Bye Friendzone

Diikutkan untuk Ramadhan Giveaway dengan tema [FRIENDZONE]   *** “Randi!” Pekik seorang gadis yang duduk di hadapannya. Rupanya untuk menambah efek kaget, gadis itu menggebrak meja dengan tangannya. Laki-laki yang bernama Randi itu kaget, kehilangan keseimbangan hingga dagunya yang daritadi ia tumpang dengan tangannya jatuh mengenai sudut meja. “Lo dengar gak sih gue ngomong apa barusan?” Mampus gue, pikir Randi. Saking terpesonanya ia dengan sahabatnya itu hingga ia lupa untuk menyimak perkataannya. Entahlah, tapi Randi menikmatinya saja. Wajah cantik gadis itu tetap sama, meskipun ia sedang marah atau tidak. “Denger kok, Saras!” Randi mengelak, tapi ia tidak berani menatap gadis itu. “Lihat mata gue. Lo pikir bisa bohong dari gue.” Omelnya sadis.

Gugupnya Lebaran Untuk Pertama Kalinya di Rumah Mertua

Tahun lalu, aku dan suamiku sudah sepakat untuk menjatah kepulangan kami ketika lebaran. Kesepakatan awal, tahun pertama kami menikah (tahun lalu) kami akan menghabiskan lebaran di rumah orang tuaku. Dan rencanaya, tahun ini giliran di rumah orang tuanya. Untuk itu kami melakukan persiapan matang, bukan hanya persiapan mental untuk bertemu mertua yang jarang ditemui, tapi mempersiapkan diri secara finansial. Karena keluarga suamiku adalah keluarga besar, berbeda jauh dengan keluargaku yang beranggotakan empat orang termasuk aku. Otomatis gaji dan THR yang di dapat secara keseluruhan sangat mencungkupi itu semua. Bahkan, Allhamdulillah berlebih sehingga bisa di tabung. Tapi beda dengan tahun ini. Keluarga besar, pasti butuh dana yang cukup besar juga.Mengingat banyaknya anak-anak di keluarga itu. Yang artinya anak-anak itu akan senang di beri angpao, perlu dana khusus buat mereka, sampai nukar ke bank segala hehe. Biar lebih lucu, aku sengaja beli amplop khusus buat

Mukena Koyak

Beberapa hari belakangan ini aku sering melihat seorang gadis kecil duduk di tangga mesjid ketika sore menjelang. Aku yang selalu melakukan shalat magrib di mesjid ini, tidak bisa mengalihkan perhatianku dari gadis kecil itu. Sama seperti hari-hari sebelumnya, ia selalu menangis tersedu-sedu. Karena penasaran, aku hampiri dia. “Adik kecil, mengapa kamu selalu menangis disini?” Ia menggeleng lemah. Aku tidak memaksa ia untuk menjawab pertanyaanku. Karena raut wajahnya sangatlah menyedihkan. Tidak tega aku memberondongnya dengan pertanyaan yang mendesak. “Ikut kakak shalat yuk!?” Ia mengangguk. “Tapi Adel gak bawa mukena, kak.” Jujur aku kaget. Ia merespon ajakanku dengan pernyataan polosnya. “Tukeran sama kakak. Sedikit kebesaran gak apa-apa kan.” Ia mengangguk lagi. Setelah itu kami melaksanakan shalat bergantian. Tapi hari-hari selanjutnya aku sudah menyediakan mukena kecil yang pas di ukurannya. Tapi suatu hari ia datang kembali sambil me

Menabung ala Syariah

Kalau ngomong soal menabung, kayaknya bakal susah banget di zaman serba mahal gini. Jangankan untuk nabung, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari aja udah kewalahan. Tapi tetap bersyukur juga, karena aku dan keluarga masih bisa makan 3x sehari. Walaupun zaman serba mahal, menabung tetap harus diprioritaskan. Kalau kata Mama, “pikirkan aja jeleknya dulu, gak usah mikir senangnya. Nanti gak sesuai harapan, kecewa yang ada.” Benar kata Mama, walaupun gaji suamiku lumayan   lebih (sedikit), tapi tabungan tetap di pikir. Gak usah mikirin makan enak setiap hari, baju bagus setiap bulan, atau liburan tiap weekend. Tapi pikirkan gimana nanti kalau sakit, gimana biaya sekolah anak, gimana dan gimana seterusnya. So, sebagai istri sekaligus ibu, aku harus pintar-pintar mengatur keuangan yang diberikan suami. Aku punya tips   menabung yang Allhamdulillah sudah hampir 3 tahun aku terapkan dan berhasil memenuhi kebutuhan yang mendasar hingga kebutuhan yang mendesak. Misalnya mengu

Reuni

Aku melambaikan tangan ke arah laki-laki yang usianya tidak terpaut jauh dariku. Perawakannya yang tinggi dan dewasa membuat hatiku mampu berdesir untuk kesekian kalinya.  "Apa kabarmu?" Ia bertanya saat mengambil kursi tepat di hadapanku. Mataku yang sedari awal memang menanti kehadirannya pun enggan berpaling dari sosok yang kurindukan.  "Aku baik." Ya Tuhan, betapa rindu aku sosok di hadapanku ini, "Kau kelihatan berbeda dengan setelan jas dan dasi itu."  Dia tertawa, "Aku tahu. Kau pasti membandingkan aku yang dulu saat SMA dengan sekarang kan?"  "Ternyata kau tambah cerdas menyadari isi pikiranku."  "Aku mengenalmu lebih baik daripada dirimu sendiri."  Aku terkesiap sejenak, lalu tersenyum menggodanya "Benarkah?"  "Lihat saja nanti." Ia mengangkat tanganya hingga seorang pelayan wanita menghampiri meja kami, "Aku ingin pesan dua porsi