Langsung ke konten utama

Malu Bertanya, Tersesat Mencari Toilet



Pengalaman ini sebenarnya mau aku simpan sebagai kenangan aja. Malas rasanya kalau sampai ada yang ngebaca pengalaman ini dan mentertawakannya. Tapi karena ngeliat lomba blog yang menulis pengalaman pribadi menarik pentingnya bertanya, di adakan oleh BNI dengan tema “Mau Bertanya Nggak Sesat di Jalan” aku jadi berpikir ulang.

Alasan pertama, siapa tau pengalaman aku bisa jadi pelajaran buat orang lainterutama cewek yang punya kebiasaan malu-maluin eh salah, malu-malu maksudnya hehe ...

Alasan kedua, hadiahnya kece gila beugh!! Rugi gak ikutan. Dan paling penting, hadiahnya ngalahin rasa malu *mata duitan hoho ...

Pengalaman ini terjadi pada tahun 2008. Gak akan pernah aku lupa tahunnya, karena ... yah emang susah ngelupainnya, meski otak dan hati udah sepakat buat ngeluarin ingatan ini, tapi tetap ngeyel terbayang terus.


Awal cerita

Tahun 2008 itu adalah penerimaan aku di kampus. Tapi belum resmi jadi mahasiswa sih, masih harus ke bagian administrasi. Ada beberapa berkas yang harus ditanda tangani, dan ide para seniorkhususnya panitia yang mengurus penerimaan murid baru─ mengumpulkan kami di kampus dan disuruh cari sama-sama.

Ide bagus sebenarnya, untuk memulai keakraban dengan sesama mahasiswa junior dan senior.

Nah aku yang memang GAK KENAL SATUPUN, memilih pergi sendiri. Dengan pikiran, pasti akan ada petunjuk dimana jurusan tempat aku akan menghabiskan waktu sebanyak 5 tahun untuk menuntut ilmu.

Memang benar. Gak butuh waktu lama buat aku, karena akhirnya aku menemukan ruang administrasi untuk jurusaku. Tepatnya di lantai 2, sedangkan kelas yang akan aku tempati, rata-rata di lantai 3 dan lantai 1 (biasanya lantai 1 digunakan untuk pratikum doang).

Belum selesai lagi urusan tanda tangan, aku kebelet buang air kecil dan pengen ke toilet.

Oke dengan pede-nya, aku selusuri dari lantai ke lantai buat cari toilet. Logika gini aja, masa iya kampus dengan 4 lantai tapi gak ada toilet. Bener gak?

Logikanya memang bener, tapi aku gak tau kalau ada beberapa kendala yang akan aku hadapi Cuma untuk nyari toilet.


Perjuangan Mencari Toilet Seorang Diri

Karena aku lagi di lantai 2, aku mulai dari situ.

Pertama aku mulai dari lantai 2. Tempat dimana aku memang sedang berada.

Aku jalan lurus terus, dan mentok di ujung trus yang dihadapin sama tangga untuk naik ke lantai 3. Karena penasaran, aku mutarin sisi satu lagi di lantai dua dan menemukan pintu cokelat yang bertuliskan TOILET.

Aku udah senyam-senyum sendiri. Logika aku benar.

Pas aku dekatin, eh ternyata di kunci.

Buset!! Dalam hati masa toilet aja dikunci sih,

Karena gak menyerah, akhirnya aku ke lantai 3 (masih gak mau nanya sama orang-orang disitu, karena malu aja belum apa-apa udah nyari toilet). Betapa beruntungnya aku. Ngelihat pintu coklat bertuliskan TOILET.

Sayangnya....

Para cowok─aku duga sih mahasiswa lama─ lagi ngerumpi sambil merokok di depan pintu dengan bersandar di selusur balkon. Jadi mereka gampang buang abu rokoknya.

Oke ini gak perlu di tanyakan lagi. Aku langsung ambil langkah kaki seribu dan mundur. Gak mau naek ke lantai 4, soalnya udah di lihatin sama cowok-cowok itu. Pasti mereka tahu kalau aku masih anak ingusan, dilihat dari muka aku yang polos. Ntar dikira aku nyasar pula. Makin malu banget *menjerit dalam hati.

Akhirnya aku turun ke lantai 1. Lumayan sepi sih, jadi aku bisa leluasa keliling dan tetap pada target utama, yaitu Toilet.

Gak nyangka seumur hidup aku bakal secapek ini cari toilet. Biasanya kalau di rumah tinggal lari, kalau disekolah tinggal minta izin dan langsung dapat toilet.

Nah lanjut tour pencaharian toilet di lantai 1.

Disini agak nyaman aku nyarinya, karena gak terlalu ramai aku bisa leluasa merhatiin ruangan yang rata-rata terkunci. Mungkin karena rata-rata ruang di lantai 1 digunakan untuk Lab makanya gak perlu dibuka sepanjang hari.

Seru juga sih mandangin pengumuman yang ditempel di kaca jendela, ada yang berupa peringatan buat mahasiswa bandel, ada yang mengubah jadwal, dan beberapa pengumuman lainnya. Lagi asik memandang ruangan 1 persatu, aku sampai di ujung koridor yang nembus ke halaman belakang.

Wow!

Kampusku punya halaman belakang yang lumayan. Gak secantik kampus di FTV sih, Cuma yah cukup nyaman untuk duduk-duduk. Gak terasa kakiku terus dibawa keliling halaman belakang dan ada beberapa ruangan yang gak kepake.

Salah satunya toilet.

Tempat yang aku cari-cari sepanjang hari ternyata ada disini.

Lagi-lagi aku sial!!!!

Toiletnya jelek buaangggeeett. Aku gak akan mau masuk kesitu meski udah kebelet gak tahan.


Bagaimana Akhirnya!!

Aku putus asa. Sumpah!

Mana udah kebelet banget pengen ke toilet. Harapan aku Cuma toilet di lantai 3. Aku berharap cowok-cowok perokok itu udah pergi.

Aku gak sanggup lagi lari atau jalan cepat, karena takut ntar “bocor” malah gawat. Aku udah pasang raut wajah tegang dan gak menoleh kiri kanan. Pikiran aku hanya satu, toilet.

Ternyata mereka masih nongkrong disitu. Aku udah niat banget memberanikan diri untuk masuk kesitu, tapi tetap aja gak bisa.

Akhirnya aku turun lagi kebawah.

Diperjalanan aku turun lagi ke lantai 1, aku ngelihat cleaning service berkeliaran dengan sapu ditangan. Tapi sama sekali gak kebayang buat nanya. Namanya juga udah kebelet banget.

Akhirnya aku nekat.

Aku jalan lurus ke arah kantin.  Sampai disana aku beli dua botol minuman mineral.

Keputusanku sudah bulat.

−SELESAI−

Eits tulisan ini belum selesai. Tapi ceritaku udah selesai ...

Dari cerita gak penting di atas pasti udah dapat kan makna pentingnya “Mau Bertanya Nggak Sesat di Jalan”. Seharusnya aku bisa aja gak susah-susah nyari toilet di kampus yang berlantai 4 seperti itu. Mana naik turun tangga, dan besoknya betis aku sakit karena gak pernah ngerasain naik turun tangga sebanyak itu.

Terus karena menahan kebelet pengen buang air kecil, aku malah sampai gak konsentrasi lagi pas cleaning service lewat di depan mata aku. Padahal bisa aja aku nanya ke dia, atau lebih keren lagi dia pasti punya kunci toilet di lantai 2.

Tapi semua gak kepikiran.

Rasanya otak aku blank saat itu. Aku Cuma mikirin gimana rasanya menghilangkan keram di perut karena nahan kebelet terlalu lama.

Semenjak hari itu, aku gak pernah ragu buat nanya toilet dimana. Malah noraknya─sebutan temanku untuk aku─ aku kalau ketempat asing, pasti nanya toilet dimana. Atau aku kuasai medan perang dulu, jadi gak repot kalau sampai kebelet.

Sekali lagi aku ingatkan.

Jangan pernah malu untuk bertanya. Kalau memang gak tahu, dan kamu butuh, yah tanya aja. Daripada tersesat di antara berbagai pilihan yang kita sendiri gak tahu itu benar atau gak.

Semoga tulisan dan pengalaman ini bisa bermanfaat ^^

Dan jangan ketawain!!

***


Komentar

  1. wah aku juga pernah mengalami hal yang agak mirip-mirip dengan kak nenen karena malu unhtuk bertanya hihi :D
    meskipun udah pumya pengalaman kaya gitu, sampai sekarang aku masih aja takut-takut untuk bertanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Typo? Waduh udah gak periksa lagi pas posting, ntar di edit lagi ah haha makasih ya ..

      masalah malu-malu ini emang susah banget di hilangkan pada kaum cewek-cewek. Entah kenapa menjadi tanda tanya besar, harus dipecahkan secepat mungkin haha

      trims sudah mampir ya ^^

      Hapus
  2. Hal Alvin ...

    terima kasih sudah mampir ..

    berusaha untuk tetap menjadi pemberani dan tidak malu-malu kali ya haha

    BalasHapus

Posting Komentar

Tinggalkan kesanmu ketika berkunjung

Postingan populer dari blog ini

[SINOPSIS] Spring In London - Ilana Tan

Judul : Spring In London Pengarang : Ilana Tan Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Jumlah Halaman : 238 halaman  Cetakan : kesepuluh Agustus 2011 Naomi menelan ludah dengan susah payah. Air mata mulai membayang dimatanya.  “Sekarang kau tidak akan bisa lagi memandang ku tanpa memikirkan apa yang pernah terjadi antara aku dan kakakmu.” “Tidak ... itu tidak benar.” “Dan aku tidak bisa memandangmu tanpa teringat pada kakakmu dan apa yang pernah dilakukannya padaku.” Kata-kata yang diucapkan dengan tajam dan jelas itu menghujam jantung Danny. Dadanya terasa sakit dan sekujur tubuhnya lumpuh. Ia menantap Naomi tanpa berkedip, tanpa bernapas. Ia membuka mulut, namun tidak ada suara yang keluar. Naomi Ishida adalah gadis keturunan Indonesia – Jepang, dan dia merupakan saudara kembar Keiko Ishida (baca Winter in Tokyo). Berbeda dengan Keiko, Naomi memilih karir sebagai seorang model dan menetap di London. Karirnya sebagai model sangat sukses sehingga setiap pemotret

[SINOPSIS] Detektif Conan 70

Dapat juga komik kesukaanku ini di toko buku, padahal jatah terbitnya itu tanggal 30 november kemarin, tapi di toko buku Banda Aceh baru adanya sekarang. Tapi peduli amat lah, amat aja gk begitu peduli, nah Lho ...!!?? Tapi whatever lah, yang pasti komik ini udah ada ditangan, jadi kenapa harus pusing (^0^). Dan seperti biasa aku juga mau ngeringkas sedikit isi komik  Detektif Conan 70, check it out >>>

Book Review: Damn! It's You - Pelangi Tri Saki

Semua Orang Punya Masalah, Tapi Tidak Semua Orang Mampu Menyelesaikannya Judul Buku: Damn! It’s You! Penulis: Pelangi Tri Saki Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama Cetakan ke-1: Januari 2017 Tebal: 232 halaman ISBN: 978-602-03-3661-9 Tidak dipungkiri, banyak sekali penulis-penulis muda yang terlahir dari akun kepenulisan, wattpad. Salah satunya adalah karya pertama Pelangi Tri Saki diterbitkan Gramedia dengan judul Damn! It’s You yang merupakan seri kedua ‘You’. Tulisan yang khas remaja dan banyak menyelipkan percakapan lucu khas anak-anak SMA membuat karyanya banyak dikenal. Setelah sukses dengan seri pertama Hey! You! Diharapkan novel kedua ini akan mengikuti jejak terdahulunya. Dengan mengambil kehidupan SMA, Saki mengajak pembaca untuk mengenal pasangan lucu yang kelakukannya berhasil mengocok perut pembaca. Nigi, seorang cewek yang terkesan tomboy dan cerewet tidak sengaja bertemu dengan Saba, cowok dengan muka datar tanpa ekspresi sama sekali. Diperpa