Dear Para Mantan ....
Aneh sekali rasanya ketika aku
menulis surat ini untuk para mantanku. Mengingat bahwa hubungan kita berakhir
dengan tidak begitu baik dengan perjalanan cinta yang begitu singkat. Coba aku
ingat, hubunganku yang paling lama bertahan adalah 3 bulan dan paling cepat 1
minggu.
Mengesankan?
Aku anggap tidak. Soalnya diwaktu
sesingkat itu, aku sudah membuat kalian kecewa, dan aku minta maaf. Sungguh-sungguh
minta maaf...
Tapi setelah aku berbahagia dengan
kehidupan baruku, bersama suami dan anakku, aku sadar bahwa kalian punya arti
dalam kehidupanku. Arti yang cukup hingga aku memiliki alasan menulis surat ini
untuk kalian. Surat cinta yang tidak ada cinta lagi di dalamnya.
Paham?
Sama, aku juga tidak paham. Tapi
setidaknya itulah yang ada di pikiranku saat ini.
Aku menghargai ketika kalian hadir
dan menawarkan cinta padaku, dan tanpa pikir panjang aku pun menerimanya dengan
tangan terbuka. Lalu aku dengan sikap acuh terkesan tidak peduli mengubah cara
pandang kalian terhadapku. Anehnya, kalian malah bertahan dan tetap menawarkan
cinta itu. Aku yang tidka terbiasa dengan siraman cinta seperti itu, menjadi
takut akan sebuah hubungan. Aku tidak ingin terlalu dekat dan merasakan sakit
hati. Meski aku sendiri tidak pernah merasakan sakit hati, tapi melihat
teman-teman cewekku yang mengalami patah hati, membuat nyaliku menciut. Hingga
terbentuklah tameng bernama “ketidak pedulian” ku terhadap kalian.
Aku tidak pernah menghargai kalian.
Tapi jujur, dalam waktu yang begitu singkat itu sebenarnya kalian sudah
menumbuhkan benih cinta, meski baru berupa kecambah yang akhirnya aku kubur
kembali dengan keangkuhanku.
Maafkan aku.
Meski ini surat cinta, aku tidak bisa
mengatakan cinta pada kalian. Karena berkata bohong hanya akan memperumit
masalah yang sudah kita selesaikan bertahun-tahun yang lalu. Lagipula, tidak
akan pantas wanita bersuami mengatakan cinta pada mantan-mantannya.
Dengan surat ini, aku hanya ingin
menawarkan persahabatan yang sempat kalian putuskan ketika aku memutuskan untuk
meninggalkan kalian.
Saat kalian baca surat ini, aku
harapkan dendam sudah berakhir di antara kita. Aku ingin, apabila suatu hari
nanti kita bertemu, kita akan saling bertegur sapa dan mengenalkan pasangan
masing-masing, atau apabila memungkinkan suatu hari nanti anak-anak kita akan
menjadi sahabat bahkan bisa berlanjut ke jenjang serius.
Apa aku berpikir terlalu berlebihan?
Aku rasa tidak.
Dunia ini sempit, dan setiap orang
pasti akan berjumpa dengan masa lalunya. Ingat bumi berputar, kita tidak akan
bisa terus menghindar dari seseorang yang ada di masa lampau. Aku yakin, kita
akan bertemu dengan situasi dan keadaan yang berbeda.
Hingga saat itu tiba, aku menyiapkan
hati untuk berani menyapa kalian.
Mengulurkan tangan, dan berkata “Mari
bersahabat.”
Sang Mantan
Neneng Lestari
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan kesanmu ketika berkunjung