Untuk sebuah pohon yang
menawarkan kerimbunan....
Hari ini berlalu lagi.
Terus berlalu dengan kejadian
yang sama terus di ulang-ulang kembali.
Aku pun tetap melakukan hal yang
sama setiap hari. Duduk di bawah rimbunya pohon jeruk nipis yang ditanam nenekku
beberapa tahun yang lalu. Harus aku akui, meski buahnya kecil-kecil, tapi pohon
jeruk nipis ini memiliki batang pohon yang besar, daun yang rimbun dan air
perasan yang cukup banyak. Cukup banyak hingga ibuku bisa menggunakannya untuk
mencuci ikan agar tidak berbau amis.
Aku menyukai pohon ini. Dahannya
yang kokoh menawarkan aku untuk selalu duduk disana berjam-jam dengan sebuah
buku di tangan.
Apa kau tidak merasa keberatan
menampung bebanku di dahanmu?
Karena ketika aku di landa bad
mood berkepanjangan, atau ketika hormonku saling bertubrukan dalam tubuhku, aku
berayun-ayun di dahanmu hingga menyebabkan beberapa buah jeruk nipis yang masih
putik jatuh berguguran.
Seharusnya aku tidak melakukan
itu kan?
Berbuat jahat kepada pohon yang
sudah menampung segala keinginanku untuk lari ketempat yang lebih jauh.
Misalkan saja, lari ke swalayan dan menghabiskan uang untuk membeli ice cream
di cuaca yang terik. Padahal itu tidak perlu aku lakukan, seandainya kau tetap
berdiri kokoh di halaman belakang rumahku. Sudah seharusnya juga bagiku untuk
menghargaimu sebagai sosok makhluk hidup yang bernyawa.
Sayangnya, kau bernyawa tidak
untuk memelukku disaat aku sedih, melainkan menawarkan pangkuan seorang
sahabat. Menawarkan kerimbunan yang membelai setiap helai rambutku dan
memberikan aku tempat duduk untuk melepas keletihanku
Apa yang bisa aku tawarkan untuk
membalas kebaikan itu?
Apa kau kesakitan saat benalu
terus mengrogoti dahanmu, meski ayahku sudah membuangnya berkali-kali? Maafkan
aku, ayahku sudah berusaha untuk mengusirnya, tapi benalu itu selalu tumbuh dan
tumbuh lagi.
Apa kau marah ketika ada
anak-anak yang memetik buahmu seenaknya? Maafkan aku, karena mereka membelimu
dari ibuku.
Apa kau kesal saat aku tidak bisa
berbuat apa-apa untuk mencegah itu semua?
Kenapa kau memberi begitu banyak
saat aku tidak bisa membalas sama banyaknya dengan pemberianmu?
Sekarang usiamu hampir lima tahun
bukan? Kau termasuk kokoh untuk pohon serindang dan serimbun dirimu. Aku
bersyukur kau sudah ada saat aku pindah kemari, berteman denganmu dan
menjadikanmu pelarian yang nyaman untuk melepaskan hobiku akan membaca.
Aku harap, kau selalu ada untuk
menawarkan kerimbunan kepada anakku kelak.
Saat ini ia berusia 16 bulan, dan
aku yakin, saat usianya genap 3 tahun, ia akan menjadikanmu tempat bermainnya.
Menjadikanmu sebagai tempat persembuyiannya kala ia ingin bermain kejar-kejaran
denganku. Kau akan menjadi saksi, bahwa kehadiranmu sangatlah berarti bagiku.
Aku harap kau akan menjaganya
sama seperti kau menjagaku.
Salam Sayang
Pemilikmu
Neneng Lestari
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan kesanmu ketika berkunjung