Langsung ke konten utama

Love Story: Cowok Super Narsis



Pernah kebayang nggak sih punya teman cowok yang narsisnya minta ampun? Ini bukan lebay untuk menghiperbolakan tingkah narsis dia yang bikin aku geleng-geleng kepala. Dan ini juga bukan aksi untuk menjelekan nama baiknya di depan calon pacar yang akan aku kenalkan padanya. Tapi ini fakta dan reality kehidupan sang cowok narsis, bernama Drake. 

Mau aku sebutkan satu persatu narsisnya? Eits, ini untuk mengenalkan dia kepada para gadis yang sepertinya tergila-gila sama fisik dia yang oke punya. Sebelas dua belas lah dengan Channing Tatum.

Sebagai salah satu sahabat ceweknya yang kebal pesona Drake, aku terbiasa menghadapi beribu pertanyaan tentang Drake ketika kami jalan berdua. Jangan mikir macam-macam ya, kami jalan berdua karena memang kita sohib paling kental. Selain itu badan gede Drake bisa untuk nakutin cowok-cowok yang pengen dekatin aku. Bukan sok ngerasa cantik sih, tapi minimal mereka pasti minder juga kalau harus saingan sama kembaran Channing Tatum. Lagian kalau Drake belum punya pacar, aku belum tenang. Ia bakal ngekor kemana pun aku pergi. Di kiranya aku ibu asuh dia apa? 

Hampir lupa tujuan aku menulis kisah ini.


Hal narsis dia yang paling pertama itu adalah setiap melewati kaca atau sesuatu yang bisa memantulkan wajahnya, Drake pasti berhenti sebentar untuk merapikan dandanannya. Entah itu rambutnya. Baju lengan panjang yang selalu menjadi gaya favoritnya. Atau memeriksa apakah ada sesuatu yang salah pada wajahnya. Dari dia lahir, wajahnya memang sudah terlanjur salah. Ya Tuhan, bisa kalian bayangkan ketika jalan-jalan di Mall yang hampir setiap sudutnya bisa digunakan untuk bercermin? Ya aku harus sebentar-sebentar mengecek keberadaan Drake supaya aku dan dia tidak terpisah. Bukan dalam artian romantis, tapi dalam artian aku takut pulang sendiri. Soalnya aku nebeng mobil Drake. Ini membuat aku histeris tingkat tinggi.

Hal narsis kedua kali ini adalah ketika masa SMA dan kuliah. Sepertinya Tuhan memang menjodohkan aku untuk tetap di sisi Drake. Dan Drake sepertinya nyaman mengikuti kemana aku pergi, bahkan menyamakan mata kuliah yang kami ambil. Rahasia kecil yang tidak di ketahui oleh para gadis adalah Drake selalu membawa cermin kecil di dalam saku bajunya. Kalau tidak di saku baju, bisa di pastikan di saku celananya. Tapi kemungkinan saku celana lebih kecil, lebih rentan pecah. Dan kalian tahu, darimana ia mendapatkan cermin kecil itu? Ia membongkar cermin bundar yang terdapat pada wadah blush on-ku yang sudah habis isinya.

Narsis yang ketiga adalah pamer foto. Oke kalau pamer foto tentu semua orang pasti melakukannya. Cewek lugu dan polos sepertiku juga sering pamer foto keren bareng kucing dan foto di toko buku sambil megang buku super mahal yang hanya menjadi impian para pecinta buku. Nah kalau Drake, ia suka pamer foto telanjang dada. Tidak perlu aku ingatkan, kalau Drake adalah versi Channing Tatum indonesia, bukan? Lebih spesifik lagi, Channing Tatum berasal dari Aceh. Dengan kulit kecoklatan dan rahang tegas serta otot-otot yang bikin aku geli bila harus menatap Drake terlalu lama. Untungnya, Drake tidak perlu teman kalau harus nge-gym. Kalau tidak, aku bisa mimisan melihat otot-otot terbentuk sempurna di lengan dan perutnya itu. OMG, hanya menuliskannya saja aku gemetaran. Fotonya yang paling populer di media sosial adalah foto ia sedang bertelanjang dada dengan kamera yang memotret pantulan dirinya di cermin. Setiap foto seperti itu muncul di timeline-ku, aku selalu mensetting agar tampilan seperti itu tidak muncul.

Narsis keempat adalah dia tidak malu mengakui dirinya tampan. Aku terlalu lelah mengakui dia tampan, sehingga kalau ada yang tanya padaku apakah Drake tampan, aku jawab TIDAK. Banyak gadis yang iri dengan persahabatan kami mengatakan aku hanya tidak rela Drake di jamah oleh gadis lain. Hei! Aku tersinggung. Silahkan kalau kalian mau menjamah Drake. Aku tidak akan marah. Tidak akan kesal apalagi iri.

Kami sudah memasuki dunia kerja. Dia rekan kerjaku di sebuah perusahaan swasta yang ada di Aceh. Pekerjaan yang cukup menjanjikan hidup mapan bagi seorang gadis sepertiku. Dan pekerjaan yang cukup menjanjikan bagi Drake untuk memikat cewek manapun (kecuali aku tentunya). Aku sadar aku harus menjaga jarak dengannya. Dulu, aku bisa mengatasi bisik-bisik para wanita yang iri dengan kedekatan kami, tapi sekarang rasanya terlalu sulit. Lidah mereka terlalu tajam untuk aku tepis dengan sikap cuek yang aku latih semenjak bersahabat dengan Drake.

Aku juga bukan gadis bengal yang dulu bisa kebal pada pesona Drake, tapi ada kalanya aku juga bisa merasa kesepian ketika Drake mulai menjalani kencan dengan beberapa gadis yang ia sukai. Cemburu adalah hal terakhir yang aku alami. Tapi kesepian adalah hal pertama yang bisa membunuhku. Dia temanku satu-satunya. Temanku yang memahami apa mauku dan memahami sedihku tanpa aku harus berucap.
Jarak di antara kami cukup terbentang lebar saat aku mulai mengambil keputusan menjauhinya. Sifat gadis-gadis itu mulai serakah ingin menguasai perhatian Drake seorang hanya untuk dirinya sendiri. Hingga lama ke lamaan aku menyingkir dari kehidupan Drake dan tenggelam dalam dunia kerja.

Selama bertahun-tahun menghadapi sikap unik Drake, membuat aku merasa kikuk ketika berhadapan dengan laki-laki yang berperilaku normal. Tahulah maksudku dengan normal, tidak suka becermin setiap saat, tidak memamerkan bagian tubuhnya yang bikin air liur menetes, atau menghabiskan waktu jam istirahat dengan mencari angle yang tepat untuk selfie.

Jarak ini makin tercipta saat aku di pindahkan ke divisi lain. Drake memiliki kehidupan bagaikan aktor terkenal, di kelilingi gadis-gadis cantik berkelas dengan dandanan glamour. Sedangkan aku di kelilingi oleh tumpukan file yang harus aku kerjakan hingga tengah malam. Hanya satu orang yang setia menemaniku, Reza. Dia cowok ternormal yang mendatangiku dan menawarkan aku sesuatu yang di harapkan oleh seorang gadis. Cinta ...

Hingga kesepian yang dulu aku rasakan akibat kehilangan Drake di gantikan oleh sosok Reza. Dia tidak setampan Drake, malah dua tingkat di bawah Drake. Tidak berotot. Tidak semenawan Drake. Tidak semenonjol Drake. Dan tidak sepopuler Drake. Tapi ia tidak pernah membuat aku merasa tersingkir dari kehidupannya. Tidak membuat aku merasa seperti gadis iri yang mencoba menguasai Drake seorang diri. Tidak membuat aku merasa minder seperti ketika bersanding dengan Drake. Bagiku dialah Mr. Perferct ...

***

Di usia kami yang hampir menginjak 29 tahun, kami sudah mengandeng pasangan masing-masing.
Kami, yang terdiri dari Aku-Reza serta Drake-Silvya bernostalgia di restoran dimana pertama kali aku dan Drake menghabiskan gaji pertama kami. Restoran mewah dengan hidangan super mahal yang dulu bagaikan mimpi untuk kusantap. 

Tidak kusangka, pertemuan dengan Drake setelah beberapa bulan tidak berjumpa membuat kami kehilangan kata. Kehilangan seribu kata kotor yang biasa kami ucapkan bersama. Kehilangan suara untuk berbasa basi. Yang paling aku rasakan adalah kehilangan keberanian untuk menatap mata Drake dalam-dalam. Biasanya dulu aku selalu menang bila harus adu siapa-yang-paling-tahan-tidak-berkedip sekarang, jangankan bermenit, sedetik pun aku sudah kalah.

Apa ini?

Kemana persahabatan indah kami?

Kemana sosok cowok super narsis yang menjadi temanku dulu?

Kemana cowok yang paling gampang melontarkan kalimat gombal?

Kemana cowok yang suka menebar pesona hingga aku harus mendapat tatapan bengis dari para gadis?

Rasanya aku ingin menangis. Aku hanya mampu menatap Reza mengajak Drake berbincang karena aku sudah kehilangan semua moment bersama Drake. Obrolan Silvya tentang tas kulit tidak sedikitpun membuat aku kreatif merangkai kata menjadi kalimat obrolan yang menarik. Akhirnya aku permisi ketoilet cewek yang di ikuti pandangan mata Drake.

Aku tidak benar-benar sampai ke toilet cewek, karena memang bukan kesana tujuanku. Aku memilih lewat belakang dan menghirup udara segar di halaman belakang restoran. Menyandarkan tubuhku di tembok sambil menutup mata.

“Kenapa kamu menghindar?”

Aku terperanjat. Melihat Drake berdiri tepat di depanku.

“Aku tidak menghindar,” elakku, “aku cuma ingin menghirup udara segar.”

“Tidak bisa kamu lakukan ketika pulang nanti?”

Aku mengernyit mendengar nada sinis dari suaranya.

“Aku ingin sekarang. Aku merasa sumpek di dalam.”

“Sumpek karena aku?”

Aku tertawa terbahak-bahak, menyadari bahwa narsisnya belum hilang. Ia masih menganggap sesuatu yang terjadi pada para gadis adalah karena dirinya. Tapi tidak ada senyum atau tawa di wajah Drake.

“Aku akan kembali ke dalam, kalau begitu.”

Aku berbalik dan di tahan oleh Drake.

“Kamu tahu bukan itu maksudku kan?”

“Aku tahu maksudmu, Drake. Kamu tidak tahan kan kalau ada gadis yang tidak terpengaruh oleh pesonamu, tidak seperti Silvya yang memujamu setengah mati.”

“Jadi begitukah anggapanmu tentangku?”

Aku mengangkat bahu tidak peduli, “Lalu aku harus berpendapat apa? Karena itu yang selalu kamu tunjukan kepadaku.”

“Kekasihmu sudah menunggu. Dan aku tidak suka membiarkan Reza bersama Silvya.”

Senyum mengejek terpancar di wajahnya, “Kenapa? Karena kamu tahu kalau kamu kalah cantik darinya dan takut pangeranmu di rebut olehnya.”

Aku tersinggung. Rasanya ingin kurobek mulut Drake. “Lalu apa kamu tidak takut kalau Silvya kepicut oleh Reza?” aku balas dengan nada mengejek yang sama.

“Maksudmu, kamu ingin membandingkan Reza denganku?” Dia tertawa lepas. Darahku rasanya sudah mendidih. Drake keterlaluan. Aku tidak pernah protes ketika ia berdekatan dengan gadis manapun. Kenapa ia harus mencela pria pilihanku.

“Kamu benar,” aku tersenyum, menatap menembus retina matanya yang di penuhi kilau cahaya lampu jalanan, “Reza memang tidak sebanding denganmu. Tapi kamu tidak sebanding dengan apa yang Reza tawarkan kepadaku. Cinta sejati.”

Aku berlalu meninggalkan Drake. Tidak peduli cengkraman tangannya mengencang, aku makin kuat menepisnya. Sebelum aku membuka pintu untuk kembali ke dalam restoran, suara lirih Drake bisa kudengar samar-samar.

“Karena kamu tidak pernah melihat apa yang aku lakukan untukmu, Vira.”

***

END

Komentar

  1. "Selamat siang Bos 😃
    Mohon maaf mengganggu bos ,

    apa kabar nih bos kami dari Agen365
    buruan gabung bersama kami,aman dan terpercaya
    ayuk... daftar, main dan menangkan
    Silahkan di add contact kami ya bos :)

    Line : agen365
    WA : +85587781483
    Wechat : agen365


    terimakasih bos ditunggu loh bos kedatangannya di web kami kembali bos :)"

    BalasHapus

Posting Komentar

Tinggalkan kesanmu ketika berkunjung

Postingan populer dari blog ini

[SINOPSIS] Spring In London - Ilana Tan

Judul : Spring In London Pengarang : Ilana Tan Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Jumlah Halaman : 238 halaman  Cetakan : kesepuluh Agustus 2011 Naomi menelan ludah dengan susah payah. Air mata mulai membayang dimatanya.  “Sekarang kau tidak akan bisa lagi memandang ku tanpa memikirkan apa yang pernah terjadi antara aku dan kakakmu.” “Tidak ... itu tidak benar.” “Dan aku tidak bisa memandangmu tanpa teringat pada kakakmu dan apa yang pernah dilakukannya padaku.” Kata-kata yang diucapkan dengan tajam dan jelas itu menghujam jantung Danny. Dadanya terasa sakit dan sekujur tubuhnya lumpuh. Ia menantap Naomi tanpa berkedip, tanpa bernapas. Ia membuka mulut, namun tidak ada suara yang keluar. Naomi Ishida adalah gadis keturunan Indonesia – Jepang, dan dia merupakan saudara kembar Keiko Ishida (baca Winter in Tokyo). Berbeda dengan Keiko, Naomi memilih karir sebagai seorang model dan menetap di London. Karirnya sebagai model sangat sukses sehingga setiap pemotret

[SINOPSIS] Detektif Conan 70

Dapat juga komik kesukaanku ini di toko buku, padahal jatah terbitnya itu tanggal 30 november kemarin, tapi di toko buku Banda Aceh baru adanya sekarang. Tapi peduli amat lah, amat aja gk begitu peduli, nah Lho ...!!?? Tapi whatever lah, yang pasti komik ini udah ada ditangan, jadi kenapa harus pusing (^0^). Dan seperti biasa aku juga mau ngeringkas sedikit isi komik  Detektif Conan 70, check it out >>>

Book Review: Damn! It's You - Pelangi Tri Saki

Semua Orang Punya Masalah, Tapi Tidak Semua Orang Mampu Menyelesaikannya Judul Buku: Damn! It’s You! Penulis: Pelangi Tri Saki Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama Cetakan ke-1: Januari 2017 Tebal: 232 halaman ISBN: 978-602-03-3661-9 Tidak dipungkiri, banyak sekali penulis-penulis muda yang terlahir dari akun kepenulisan, wattpad. Salah satunya adalah karya pertama Pelangi Tri Saki diterbitkan Gramedia dengan judul Damn! It’s You yang merupakan seri kedua ‘You’. Tulisan yang khas remaja dan banyak menyelipkan percakapan lucu khas anak-anak SMA membuat karyanya banyak dikenal. Setelah sukses dengan seri pertama Hey! You! Diharapkan novel kedua ini akan mengikuti jejak terdahulunya. Dengan mengambil kehidupan SMA, Saki mengajak pembaca untuk mengenal pasangan lucu yang kelakukannya berhasil mengocok perut pembaca. Nigi, seorang cewek yang terkesan tomboy dan cerewet tidak sengaja bertemu dengan Saba, cowok dengan muka datar tanpa ekspresi sama sekali. Diperpa