Kenangan akan dirinya menandakan
bahwa dia memiliki arti khusus untukku. Tapi itu dulu. Saat cinta tidak terucap
dan saat sebuah tindakan hanya memperparah rasa sakit akan cinta. Aku ingin
melupakannya, tapi setiap kali aku berhasil menemukan sebuah cara melupakannya,
justru ada jalan lain yang mengembalikan dirinya ke dalam ingatanku.
Randi Rahardian.
Namanya tertera di instagram. Jantungku
berdebar kencang membaca nama itu. Menimbulkan kenangan yang ingin aku buang.
Kenangan manis yang dibalut rasa pahit.
***
“Kenapa melamun disini?”
Aku menoleh saat suara itu
menyapaku.
“Nunggu dosen lama sekali. Sudah
seminggu skripsiku diabaikan.” Ucapku sedih.
“Aku temani ya.” Tawarnya
Aku menarik sudut bibirku sebagai
tanda persetujuan.
“Gitu dong. Kamu cantik kalau
senyum.”
Aku terbiasa dengan pujiannya,
tapi aku tidak biasa ketika ia mengusap kepalaku lembut. Lembut sekali sampai
aku tidak ingin tangan itu pindah dari sana.
***
Jemariku naik turun, menentukan apakah aku akan menekan follow
dan kembali berbagi kenangan dengannya. Jujur aku rindu mendengar suara
tawanya. Aku rindu ia menyapaku dengan ramah. Aku rindu dengan kedua tatapannya
yang setajam tatapan elang. Aku merindukan semua yang ada pada dirinya.
Sungguh menyiksa bukan?
Kerinduan yang aku sudah aku kubur 3 tahun kembali menyeruak
di antara rasa kebimbangan hati menentukan tujuan hidup. Melihat namanya saja
sudah membuat aku menghilang dari raga ini dan kembali ke masa lalu, bagaimana
bila aku bertemu dengannya nanti?
Akankah sama seperti dulu?
***
“Kamu jangan ngelakuin hal bodoh
seperti itu.”
“Dia harus nerima ganjaran karena
udah bikin aku malu.”
“Kalau kamu tetap mencari masalah
dengannya, aku tidak akan mau bertemu denganmu lagi.”
“Kamu ngancam?”
“Kamu harus janji?”
***
Kutatap matanya yang hitam legam.
Dia balik menatapku tanpa berkedip. Aku tahu ia serius saat mengatakan akan
meninggalkan aku. Aku takut dan kuturuti permintaannya.
Aku mengangguk lemah saat itu.
Begitu mudah dia mengendalikan
sifat keras kepalaku, hanya dengan suaranya yang mengantarkan getaran halus di
seluruh sarafku.
Kini hatiku diuji kekuatannya. Sanggupkah aku
melihat nama itu di Instagram? Sanggupkah aku mengabaikannya? Sanggupkah aku
untuk tidak mengecek akun Instagram itu setiap saat hanya sekedar ingin
mengetahui aktivitasnya?
Follow
Aku tidak sanggup.
Tapi aku lebih tidak sanggup lagi
ketika kulihat foto pertama yang ia unggah adalah foto bersama istrinya.
Dia sudah memiliki kehidupan.
Meninggalkan aku dengan kehidupan tanpa arti.
Aku harus mengambil keputusan.
Block User
“Kali ini tidak ada lagi akun
sosial mediamu yang menggangu kehidupanku.”
END
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan kesanmu ketika berkunjung