Cerita di
balik payung pelangi yang menungi kisah kita. Sebuah kisah yang hanya menjadi
kenangan tapi tidak pernah dimiliki oleh hati. Mungkin ketika aku sadar bahwa
semua kenangan seperti mimpi, aku akan menyadari bahwa aku berada di dunia
nyata sebuah hubungan yang telah serius aku lalui bersama dirinya.
Ketika kala
itu aku berjalan bersisian di sampingmu. Berada satu payung bersamamu, dan
berbagi hati serta berbagi rasa denganmu. Hujan menjadi sahabat baikku, saat
aku merindukanmu. Hujan menjadi memoriku saat aku memikirkanmu. Senyum tipis di
bibirmu sangat manis untuk kuingat, sampai rasanya aku bisa terkena penyakit
mematikan karena senyum itu. Di bawah payung itu, dunia kita berdua dan hanya
kisah kita berdua.
Kau
menanungi aku dengan payung pelangi yang sungguh ironis dengan cuaca mendung
saat itu. Sama seperti kisah kita yang sungguh menjadi sebuah ironi. Di bawah
payung kisah kita bermula dan di bawah payung ini pula kisah kita berakhir.
Dengan payung pelangimu itu, kau mengantarkan aku pada sebuah kisah lain yang
menungguku di ujung jalan sana. Mengharap cemas akan kehadiranku yang tidak
kunjung tampak.
Apa yang dia
khawatirkan?
Padahal dia
begitu percaya padamu. Sehingga kepercayaan yang ia titipkan telah menorehkan
luka di hatimu. Aku tidak tahu sedalam apa luka itu, karena aku juga tidak
ingin mengetahui seberapa dalam luka di hatiku.
Cerita di
balik payung pelangi ini berakhir. Aku sudah memasuki sebuah payung putih yang
ada di tangannya. Terima kasih sudah mengantarkanku pada kisah lain di ujung
jalan ini. Tapi kapan kau akan menemukan cinta di ujung perjalanan hatimu?
Atau sudah
kau dapatkan?
Hanya butuh
waktu sekejap melupakan kisah kita yang sesaat di balik payung pelangi itu.
Sebuah senyuman memberi arti. Genggaman tangan yang penuh makna. Sinar mata
yang menceritakan segalanya.
Kalau kau
memang mencintaiku, kenapa kau biarkan aku berjalan ke payung berwarna putih
itu? Padahal kau tau, ketika aku berada disana, aku tidak akan pernah menoleh
lagi untuk melihat dirimu, serta payung pelangi itu.
“Semoga kau
hidup bahagia dengan dirinya.” Ucapmu saat mengantarkan aku menuju pelaminan
serba putih.
Terima kasih
pada payung sederhanamu, yang mengantarkan aku pada sebuah istana megah ini.
Kau akan selalu menjadi payung berpelangi buatku, dimana semua kenangan itu
tersimpan di benakku dan akan muncul kepermukaan ketika hujan turun.
Payung
pelangi di hujan yang sepi....
Itulah kisah
aku dan dirimu.
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan kesanmu ketika berkunjung