Bukan tidak
ingin kuucapkan sepenggal kalimat “Happy birthday” untukmu. Keadaan yang kini
rumit membuat aku pun ikut rumit memikirkan bagaimana caraku menyampaikannya
tanpa maksud mengandung rasa yang dulu pernah kita nikmati berdua. Kisah kita
bukan hanya sekedar kenangan, tapi kisah kita adalah sepenggal takdir yang
telah menjadi bagian dari diriku, tanpa kau sadari pun aku dan dirimu telah
menjadi kekasih. Kekasih hati yang tidak bersatu.
Alasan rumit
itulah yang membuat aku ragu mengucapkan seuntai doa untukmu. Meski doaku
terlihat tulus, aku tidak bisa menjamin bahwa perasaan ini tidak tersampaikan
melalui doa itu. Keegoisanku yang belum rela ada dirinya yang menjadi pemisah
hubungan ini, membuat segalanya rumit.
Bahkan aku
tidak berani mengucapkan kalimat sederhana itu.
Bodohnya
aku!
Aku tahu,
karena aku mengenalmu dengan baik, bahwa kau menanti denting kerinduan di
ponselmu yang akan memunculkan namaku. Benarkan? Aku yakin benar, karena aku
pun begitu. Situasi rumit di sisimu dan di sisiku membuat kita kikuk satu
antara lain.
Ranting dan
dedaunan menyampaikan rindu yang tak terucap. Menyampaikan asa yang tidak
berasa. Menyampaikan luka yang menganga. Luka yang timbul dari ketidaktahuan
masing-masing bahwa aku dan kau menunggu hal yang sama.
Aku menunggu
ucapan “Happy Birthday” darimu
Kau pun
menunggu ucapan “Happy Birthday” dariku.
Aku rasa
kerumitan yang ada di antara kita akan segera berlalu seiring waktu. Tapi
sepertinya waktu tetap ingin mempertahankan kisah kita yang telah usai. Walaupun
luka mengering, tapi bekas sayatannya akan menjadi tanda bahwa kau pernah
menjadi bagian dari diriku, dan begitu juga sebaliknya kau.
Apa lebih
baik kuhentikan saja keinginan ini untuk mengirimkanmu ucapan “Happy Birtday”?
Mungkin
lebih baik.
Aku juga
tidak ingin berprasangka bahwa kau pernah memikirkanku. Aku ingin memiliki
ingatan bahwa kaulah yang merenggangkan hubungan ini. Kau dan aku tidak bersatu
walaupun hati pernah menyatu.
Lihatkan?
Betapa rumit
rangkaian kata dari hati yang disebabkan oleh kegundahan untuk mengucapkan “Happy
Birthday”. Dua kata sederhana yang menimbulkan perpecahan konflik jiwa yang
begitu menyakitkan. Kau dan aku tetap akan terpisah seperti ini.
Tidak ada
kata sederhana yang bisa menyatukan kita lagi. Tidak ada hati yang saling
bertaut lagi. Tidak ada denting-denting kerinduan yang biasanya selalu kunanti.
Yang tersisa hanyalah sepenggal takdir dimana kita pernah bertemu dan menyatu.
Happy Birthday
untuk diriku sendiri.
Keinginanku
saat ini adalah melupakanmu hingga tidak tersisa apapun untukmu lagi. Tidak
juga dengan bekas luka ini.
Happy
Birthday 26 Agt 2015
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan kesanmu ketika berkunjung