Aku tidak suka melihat wajah sedihnya. Duduk termenung di
tepian ranjang dan menangisi semua perbuatan yang telah aku lakukan.
Aku tahu aku salah. Tapi bisakah aku menggantikan tangisnya
menjadi tawa? Setidaknya aku berusaha.
Tuhan, beri aku kesempatan.
Aku berjongkok di depan rak dvd dan memilah-milah kaset yang
akan aku putar. Biasanya ia tertawa melihat video kami berdua ketika kami
merayakan ulang tahunnya. Kutekan tombol play
dan adegan demi adegan pun berputar. Aku duduk di sofa menanti
kedatangannya.
Dugaanku benar.
Ia datang mengintip dan memandang aneh pada layar televisi.
Benarkan, dia tersenyum. Lalu ia duduk di sampingku dan
menemaniku menonton sampai selesai.
Selagi ia masih tertawa mengingat kejadian ketika aku
terpeleset hingga aku terduduk di atas bunga kaktus yang sengaja aku tanam, aku
pergi ke dapur dan menyiapkan sarapan. Aku harus memberikannya tenaga untuk
menghadapi hari ini.
“Wangi sekali.” Hidung kecilnya mengendus omelet yang tersaji
di atas meja. “Kau memang selalu tahu apa kesukaanku.” Bisiknya.
Aku memandanginya makan. Cukup ini yang aku minta, hanya
melihatnya tersenyum sudah mampu membuatku bahagia.
Bel apartemen berbunyi.
Aku hendak mengintip siapa yang datang, tapi didahului
olehnya.
“Eh Randi, masuk. Aku hampir selesai sarapan.”
Aku mengernyit. Memandangi laki-laki asing dihadapannku. Ia
tampan, setelannya rapi, dan ia sempurna.
“Tunggu disini, aku ambil tas dulu.”
Laki-laki itu mengangguk.
Ia berjalan menembus tubuhku yang tidak kasat mata. Aku masih
tidak biasa sensasi yang timbul ketika ada seseorang menembus tubuhku.
“Kamu sudah siap?” ia mengulurkan tangannya ketika istriku
muncul di dapur.
Istriku menyambutnya dan tersenyum.
Mereka beriringan keluar dari apartemen ini. Dan sebelum
menjauh, kulihat istriku kembali dan melihat ke arahku.
“Aku sayang kamu Jo.”
“Aku juga sayang sama kamu, Dara.”
Setelah mengucapkan itu, aku merasa tenang. Tubuhku yang
tertimpa cahaya matahari mengabur dan setiap partikelnya terbang melayang. Meninggalkan
semua kehidupan nyata dan kembali pada kehidupanku yang sebenarnya.
***
END
Tulisan ini diikutsertakan untuk
#CERMAT di akun twitter @PenerbitMizan dengan tema #CintaPalingSetia
Jumlah kata 300
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan kesanmu ketika berkunjung