Aku bukan pengingat jalan yang
baik. Hingga tugas yang diberikan ibu mertua terasa sangat mengancam pikiranku.
Ingin kutolak, tapi takut ia tersinggung. Ingin kujelaskan alasannya takut ia
berpikir aku hanya mengelak. Padahal jujur, aku akan bersedia mengantarkan
barang titipannya, kemana pun juga, asal ada seseorang yang mau menemaniku.
“Kamu harus sendiri!” Titahnya
bagaikan Ibu Suri kerajaan di hadapanku. Kuambil alamat yang diletakan ibu di
atas meja. Lalu aku melangkah keluar rumah dengan diikuti tatapannya.
Aku berjalan mengikuti alamat
pemberian ibu. Kutanya sana sini dan sering berakhir dengan gang buntu.
Kulihat pemuda tampan yang sedang
merokok di kedai kecil. Kuhampiri dan kutanya alamat ditanganku.
“Mbak serius mau kesitu?”
Aku mengangguk. Menjelaskan ibu
mertuaku yang menyuruh. Dia ragu-ragu. Lalu akhirnya ─dengan muka murung─ ia menuntunku ke alamat tersebut. Ketika sampai disana,
aku dipaksa melayani seorang tamu laki-laki.
“Barang titipan Nyonya Besar cantik juga.” Ucapnya riang
ditelingaku.
***
Tulisan ini diikut sertakan dalam Pesta Fiksi 01: Perjalanan
144 kata
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan kesanmu ketika berkunjung