Judul
Asli: Dumb Witness
Copyright
© 1937 Agatha Christie Limited
Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama
Alih Bahasa: Indri K. Hidayat
Cetakan ke-10; Maret 2012; 384
Hlm
Desain cover by Staven Andersen
Rate 4 of 5
Empasan tubunya di lantai,
teriakannya yang melengking memecah keheningan malam, mengusik kelelapan tidur
seisi rumah. Pintu-pintu dibuka, lampu pun menyala. Miss Lawson melongok ke
luar kamarnya yang terletak paling dekat tangga. Berteriak histeris, perempuan
itu tergopoh-gopoh turun. Yang lain berdatangan satu per satu: Charles menguap
dan masih mengenakan jas kamar. Theresa, dengan hanya selesai sutra bewarna
gelap membalut tubuhnya. Bella dengan kimono biru laut dan rambutnya penuh
gulungan. Suaminya, Dokter Tanios, tidak kehilangan akal....
Hercule Poirot membongkar misteri kematian Emily
Arundell, perawa tua yang kaya raya. Pembunuhan itu direncanakan dengan begitu
rapi dan mengagumkan, namun si pembunuh lupa, ada lidah si SAKSI BISU.
Sinopsis
Novel ini dibuka dengan sebuah
cerita di balik kematian Emily Arundell. Seorang perawan tua kaya raya dan
tinggal di Puri Hijau –sebutan untuk rumah Miss Arundell− yang bertempat di kota kecil Market Basing. Miss
Arundell adalah sosok wanita keras hasil didikan zaman dahulu. Pikiraanya
terlalu kolot bila dibandingkan dengan pemikiran anak muda dimasa kini.
Mulutnya yang tajam, tidak segan-segan memberi komentar atau kritik terhadap
apa yang tidak ia suka. Namun disisi lain, ia sangat dermawan. Selalu menolong
ketika ada yang membutuhkannya.
Di empat bab pertama, akan di
paparkan kepada pembaca situasi di saat Miss Arundell akan menemui ajalnya
serta tokoh-tokoh utama yang berperan dalam kisah ini pun dipaparkan secara
gamblang. Tersangka tidak lain adalah sanak saudaranya sendiri, yaitu anak dari
saudara-saudara kandungnya yang sudah lama meninggal. Untuk pemanis, tidak lupa
seorang pelayan pribadi yang kelihatannya bodoh dan tidak berpendidikan pun
dilibatkan dalam kasus ini.
Apa yang menarik dari novel
Agatha kali ini?
Hal pertama adalah “Kecelakaan”
yang dialami Miss Arundell saat sanak saudaranya berkumpul untuk merayakan Hari
Paskah. Semua orang menyangka Miss Arundell jatuh dari tangga dikarenakan
menginjak bola Bob –anjing Miss Arundell− yang dibiarkan tergeletak di atas
tangga. Tapi otak cerdik Miss Arundell tidak sependapat seperti itu.
Malam setelah kecelakaan itu,
Miss Arundell memutuskan memanggil pengacaranya dan menulis surat pada Mr.
Hercule Poirot.
Tanggal 1 mei ia meninggal karena
penyakit lever dan penyakit kuning yang telah ia idap selama bertahun-tahun. Kematiannya
pun di anggap wajar oleh dokter pribadi dan terhormat di kota kecil itu.
Sehingga kematiannya tidak menimbulkan kegemparan atau gosip-gosip yang tidak
enak.
Tapi bukan itu yang menjadi
berita utama dalam kematian Miss Arundell, melainkan surat wasiat yang ia tulis
tanggal 21 april silam. Tepat sebelum ia meninggal.
Surat wasiat yang ditulis Miss
Arundell adalah berita yang sangat luar
biasa. Karena pewaris sah dari hartanya yang berlimpah adalah pelayan pribadi
Miss Arundell, yaitu Mihelmina Lawson. Yang notabene-nya baru berkeja pada Miss
Arundell beberapa bulan yang lalu. Tdak ada yang tahu alasan dibalik penulisan
surat wasiat tersebut. Dan sayangnya surat tersebut SAH karena ditanda tangani
oleh saksi serta Miss Arundell sendiri.
Disinilah Mr. Hercule Poirot
berperan penting.
Surat Miss Arundell yang
seharusnya ia tulis dan kirim tanggal 17 april, tapi justru malah tiba ditangan
Poirot tanggal 28 Juni. Ada jeda yang sangat jauh untuk mengirim surat menurut
Poirot. Dan berbekal surat itu ia bertekad menjadikan Miss Arundell sebagai
kliennya.
Penyelidikan pun dimulai dari
Market Basing, tepatnya Puri Hijau
Theresa adalah gadis muda nan
cantik yang terbiasa hidup glamor. Tidak heran bila ia selalu terlibat dengan
polisi akibat hobinya yang suka berpesta pora dengan diakhiri minuman
beralkohol. Kehidupan glamor membutuhkan dana, dan uang yang dimiliki Theresa
sedikit demi sedikit kian menipis. Ia adalah orang yang mengambil racun dalam
tempat penyimpanan si Tukang kebun.
Charles kakak dari Theresa,
adalah sosok yang paling menawan dalam cerita ini. Gayanya yang suka mengejek
dan suka asal bicara membuat nilai minus di mata Miss Arundell. Ia terlibat
hutang yang banyak dan pernah mencoba meminjam uang kepada Miss Arundell yang
berakhir dengan ancaman. Ia juga tipe kriminal. Ia mencuri uang dari Bibinya
dan pernah memalsukan tanda tangan bibinya.
Arabella Tanios sosok wanita baik
hati dan sempurna bagi Miss Arundell. Ia adalah ibu sekaligus istri yang
berbakti kepada suami. Cuma sayangnya, Miss Arundell tidak menyukai suaminya
yang berkebangsaan Yahudi. Bahkan Miss Arundell sempat berpikir untuk tidak
memberikan Bella warisan sedikitpun. Bella takut sekali pada suaminya. Apapun
yang dikatakan oleh suaminya akan ia turuti, dan Poirot menjadi simpati pada
wanita itu saat pertama kali bertemu.
Jacob Tanios, suami Bella
Arundell, adalah seorang Dokter yang
sangat menyenangkan. Bahkan Miss Arundell terpesona dengan cara bicara dan
pembawaan Jacob. Walaupun begitu, rasa tidak sukanya pada Jacob tidak akan
hilang. Belum lagi beberapa waktu yang
lalu, Jacob mencoba berspekulasi dengan uang Bella dan ternyata gagal. Hal itu
membuat rasa tidak percaya dan tidak sukanya menjadi berlapis-lapis.
Miss Lawson, pelayan pribadi Miss
Arundell yang memiliki hobi bergabung dengan kegiatan spiritual dan menjadi
saksi bahwa di malam kematian majikannya tersebut, dari mulut Miss Arundel
mengeluarkan segumpalan asap yang bercaya. Tidak ada yang istimewa pada
dirinya. Ia tidak pintar, dan tidak terlalu disukai oleh Miss Arundell, tapi ia
dapat di percaya. Dan kepada dirinya lah seluruh harta Miss Arundell di
wariskan. Kenapa? Tidak ada yang tahu
Rex Donaldson, kekasih Theresa.
Pria kaku tapi sopan namun sangat jenius. Dia memiliki ambisi untuk memiliki
labolatorium pribadi dan dengan menjadi suami Theresa, ia berharap akan
kecipratan uang Miss Arundell.
Kesimpulan yang Poirot ambil
adalah kunci penentu siapa pelaku sesungguhnya.
Cara pertama pelaku untuk
membunuh Miss Arundell sangatlah sederhana, yaitu membentangkan benang tipis di
sisi tangga agar ketika Miss Arundell menuruni tangga ia akan jatuh. Dengan
tubuh tua dan rentanya, tidak sulit untuk membunuhnya. Tapi Trik tersebut gagal
Cara kedua sedikit menjadi rumit.
Karena menggunakan racun dan gejala keracunan tidak dapat terdekteksi oleh
Dokter Pribadi Miss Arundell.
Poirot sempat memikirkan ada dua
pelaku karena cara yang dipakai berbeda. Jelas pelakunya adalah orang pintar
sekaligus cerdik. Poirot menganalisis bahwa pelaku memiliki jiwa pembunuh yang
kejam, dan bukannya tidak mungkin kalau ada korban kedua.
Hal yang ditakutkan Poirot benar.
Ada korban kedua dalam kisah ini ...
***
Review
Aku suka sekali sama cara Agatha
menciptakan karakter-karakter dalam novelnya. Dan bisa dibilang tidak ada yang
berlebihan. Semua karakter yang diciptakan sesuai dengan apa yang ada di dalam
masyarakat kita.
Sudut pandang yang dipakai tetap
Hasting−sahabat poirot− yang membuat kita seolah-olah berada dalam investigasi
Poirot yang serba sistematis. Alur cerita mengalir membuat cerita ini enak
dibaca. Aku sendiri ikut merasa sedang berpetualang bersama Poirot sekaligus
menjadi penonton yang baik. Ada saat-saat ketika aku merasa gemas sekaligus
geram dengan sikap Poirot yang serba rahasia. Ia terkadang juga “pelit”
informasi kepada Hasting, sehingga Hasting selalu menebak-nebak pikiran Poirot.
Sebenarnya, kalau kita teliti di
dalam novel ini selalu mengulang clue-clue yang mengarah ke pelaku sebenarnya.
Aku terkecoh. Sempat mengira Theresa adalah pelakunya karena sifatnya yang
keras dan bisa kejam disaat yang bersamaan. Tapi apakah dia juga bisa menjadi
pembunuh?
Charles, Tanios sempat jadi
tersangka utama yang aku pikirkan. Karena sikap mereka mencurigakan sekali. Ada
yang mereka sembunyika, tapi tidak lama. Karena sedikit percakapan khusus
antara mereka Poirot tau apa itu. Setelah charles, Theresa, dan Tanios, aku
menduga Rex adalah dalang utama. Karena sikap diamnya. Bella juga gak
luput, Cuma ada sesuatu yang
menghindarkan dia dari daftar tersangka. Tapi hati dan pikiran gak bisa lepas
dari Bella, tingkah lakunya yang mengundang prihatin Poirot.
Agatha sukses membuat kita
menduga “pelakunya pasti dia!” dengan disertai keadaan yang mendukung ke
tebakan kita semula. Tapi harus kecewa ketika tebakan kembali salah. Seperti
aku bilang, clue di dalam novel ini jelas banget. Aku sampai ngerasa bodoh gak
menyadari hal tersebut dari awal.
Aku juga paling was was pas
disebut ada korban kedua. Aku pikir hanya trik Agatha buat jantung deg deg kan.
Ternyata beneran ada korban kedua. Poirot sebenarnya udah bisa ngeliat korban
kedua itu siapa, tapi dia memilih untuk diam sampai waktu yang tepat.
Salah atau benarkah tindakan
Poirot?
Hanya Agatha yang tau hehe
Kalau pengen tau, baca aja
novelnya....
Kalau untuk cover, typo dan
lain-lain aku gak bahas. Karena menurut aku terbitan Gramedia emang prefect
banget untuk novel ataupun komiknya. Untuk terjemahan juga bagus sekali, gak
kaku. Walaupun biasanya terjemahan penulis inggris itu rada kaku. Pernah baca
bukunya (bukan terbitan gramedia) cuma lupa #plak wkwkwk
Score 4 0f 5
☻☻☻☻☺
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan kesanmu ketika berkunjung